Langsung ke konten utama

Messawa, KP dengan KL Nol

Zona Merah


Kantor Pusat CU Mekar Kasih dan KP Makassar
Daerah ini dulunya dikenal orang sebagai “zona merah”. Orang yang sudah mengenal daerah ini tidak akan sembarangan masuk ke dalamnya. Menurut cerita yang sekarang ini masih sempat terdengar, orang luar yang masuk ke daerah ini akan sangat beruntung kalau tidak mengalami apa-apa ketika pulang meninggalkan daerah ini. Pedagang sapi yang masuk daerah ini, misalnya, akan sangat beruntung jika setelah selesai transaksi bisa membawa pulang sapinya sampai ke rumah. Entah karena apa sapi itu akan berhenti di jalan, melepaskan diri, dan lari pulang ke penjualnya. Sang pedagang terpaksa pulang dengan tangan kosong, tentu dengan menderita kerugian. Suppiran, demikianlah daerah itu dikenal. Penduduknya suka berjudi. Bahkan ada semacam pepatah, bukan orang Suppiran kalau tidak berjudi.

Kantor Pelayanan Messawa
Seandainya saja orang-orang CU Mekar Kasih tahu, mereka tentu tidak akan membiarkan orang-orang dari daerah ini masuk menjadi anggota CU. Tetapi itulah yang terjadi, beberapa penduduk daerah itu masuk menjadi anggota CU Mekar Kasih di awal-awal tahun berdirinya CU ini. Berjarak kurang lebih delapan jam perjalanan mereka datang dalam rombongan ke Kantor Pelayanan Makassar untuk mengajukan pinjaman. Mereka disambut dengan gembira oleh staf KP Makassar dan pulang dengan membawa sejumlah uang pinjaman.

Selang beberapa waktu, CU Mekar Kasih didera kredit lalai yang tidak kunjung membaik dari bulan ke bulan. Mereka tidak tahu dari mana asalnya kredit lalai ini. Akhirnya Pengurus meminta agar manajemen memetakan kredit lalai tersebut berdasarkan wilayah. Barulah mereka tahu sumber persoalan mereka yang sebenarnya, Paroki Messawa dengan “zona merah” Suppiran di dalamnya. Kredit lalai wilayah ini mencapai 40%.

Tiga Aktivis Setempat
Pengurus segera mengambil langkah. Meskipun bukan sebuah kantor pelayanan (KP), mulai tahun 2010 wilayah Messawa disendirikan dalam setiap laporan. Hal itu bertujuan agar mereka bisa fokus menangani sumber masalah tersebut. Mereka menunjuk tiga orang setempat untuk melakukan penagihan, yakni Badi, Yermia, dan Darius Luran Yuli. Tiga orang ini melakukan penagihan kepada anggota. Anggota yang membayar dibuatkan catatan pada kertas. Mereka mengantar uang hasil tagihan ke Polewali yang berjarak sekitar satu setengah jam perjalanan untuk diterima oleh staf dari KP Makassar dan mendapatkan slip. Sesudah itu ketiga orang ini mengantarkan slip tersebut kepada anggota.

Dua anggota sedang menunggu antrean pelayanan di luar kantor. 
Tiga orang ini menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Tidak mudah untuk meyakinkan anggota agar mereka mau membayar angsuran. Ada yang curiga jangan-jangan uang mereka tidak sampai kantor. Bahkan ada pula yang menjelek-jelekkan CU dan menganggap mereka penipu. Beberapa bulan sesudah itu, staf dari KP Makassar datang langsung untuk menangani penagihan.

Masalah kredit lalai ini tidak mudah untuk ditangani. Sebagian besar penduduk di wilayah tersebut pernah “dilukai hatinya” oleh pengalaman pahit sebelumnya. Sebelumnya sudah ada CU di sana tetapi karena pengelolaannya tidak baik CU itu akhirnya bubar. Juga pernah ada kospin yang besar yang menawarkan tawaran investasi yang menggiurkan sehingga banyak orang berbondong-bondong datang dan menginvestasikan uangnya hanya untuk akhirnya menemukan kenyataan pahit bahwa uang mereka tidak bisa ditarik karena dibawa lari oleh para pengelolanya. Dua pengalaman sakit hati itu menjadi salah satu penyebab persoalan di daerah itu. Mereka melampiaskan dendam mereka ke CU Mekar Kasih. Daripada uang mereka hilang, lebih baik mereka membawa lari uang CU terlebih dahulu, demikian dalih sebagian dari mereka.

Selain karena sikap anggota yang tidak tepat, KL di wilayah ini juga disebabkan oleh pencairan pinjaman yang sembrono. Ada anggota yang sebenarnya tidak mampu tetapi diberi pinjaman karena masih saudara dengan pastor. Pencairan pinjaman juga tanpa melalui survei dan analisis 5C dan lebih mengedepankan prinsip cinta kasih. Lagi pula, waktu itu masih sangat mudah untuk menjadi anggota, tanpa harus mengikuti pendidikan dasar terlebih dahulu, sehingga pemahaman anggota mengenai CU masih sangat kurang.

Penunjukan tiga orang anggota untuk melakukan penagihan ini dan juga penagihan langsung oleh staf dari KP Makassar tidak memberikan hasil yang menggembirakan. Tidak ada tanda-tanda bahwa KL akan turun. Melihat kenyataan tersebut, Romo Fredy Rante Taruk, Pr., selaku penasihat CU Mekar Kasih, menganjurkan untuk menutup pelayanan di sana. Namun, anggota-anggota yang loyal di wilayah itu menolak rencana tersebut dan bersikeras untuk terus melanjutkan layanan CU di sana. Oleh sebab itu, Pengurus meminta mereka untuk ikut terlibat aktif memperbaiki kondisi kehidupan CU di wilayah tersebut. Beberapa kebijakan ketat juga diambil, yakni tidak ada pelayanan pinjaman di atas simpanan kepada anggota sebelum KL mencapai <10% dan tidak boleh menambah anggota. Meskipun berat hati dengan ketentuan tersebut, para anggota di sana menyatakan bersedia.

Tahap Bersih-Bersih

Fransiska Lembang
Pada tanggal 3 Agustus 2012 dua orang staf dari Makassar diutus untuk membereskan persoalan yang ada di wilayah yang masuk ke dalam Paroki Messawa tersebut. Sebuah rumah milik Susteran Jesus Maria Joseph (JMJ) di Jalan Poros Polewali—Mamasa Km. 36 disewa sebagai tempat operasional Kantor Pelayanan Messawa. Dua orang staf tersebut bernama Fransiska Lembang dan Yoris Bea. Mereka dibantu oleh dua orang aktivis (kelompok inti), yaitu Badi dan Maria Mariati.

Fransiska Lembang segera mengambil tindakan tegas. Kedua staf melakukan penagihan secara rutin. Ketiga anggota kelompok inti masih membantu melakukan penagihan meskipun intensitasnya berkurang semenjak KP dibuka dan penagihan ditangani langsung oleh staf. Sejauh tersedia, pinjaman-pinjaman yang lalai dilunaskah menggunakan simpanan anggota yang bersangkutan. Selanjutnya charge off dilakukan dan para anggota yang lalai dan sulit untuk ditagih dikeluarkan dari keanggotaan.

Selain itu pendidikan mulai digalakkan. Anggota diberi pemahaman yang benar mengenai CU. Mereka diberi pengertian bahwa CU Mekar Kasih berbeda dengan Kospin dan CU yang sebelumnya pernah ada dan sekarang sudah ada Kantor Pelayanan di Messawa. Agar KP Messawa tetap dapat bertahan, anggota juga harus disiplin dan lancar di dalam mengangsur. Anggota juga diyakinkan untuk ikut Pendidikan Dasar (Pendas) agar benar-benar paham apa itu CU. Setiap Minggu, sebelum atau sehabis misa, secara konsisten staf dan aktivis mengajak anggota untuk ikut memikirkan bagaimana memperbaiki dan memajukan KP Messawa. Dalam tahun pertama KP Messawa anggota berhasil diyakinkan bahwa CU Mekar Kasih tidak sama dengan Kospin dan CU sebelumnya dan mereka mulai mau terlibat untuk memajukan CU. Banyak anggota warisan KP Makassar yang belum ikut Pendas akhirnya mau ikut Pendas karena berhasil disadarkan arti pentingnya pendidikan. Pendas ini juga bermanfaat untuk meluruskan pemahaman yang keliru mengenai simpanan dan pinjaman di CU. Anggota selama ini mengacaukan pengertian antara pinjaman Kapitalisasi dan pinjaman lainnya. Ketika mereka meminjam untuk pendidikan, misalnya, mereka mengira sejumlah uang yang sama juga masuk ke dalam tabungan mereka sehingga mereka merasa tidak perlu membayar karena sudah ada uang di tabungan mereka. Pelan-pelan anggota ada yang mulai terpanggil dan ikut memberikan pemahaman kepada anggota lainnya dan bahkan kepada calon anggota.

Yoris Bea (kiri), staf KP Messawa saat kantor pelayanan resmi dibuka.
Waktu itu sosialisasi ke calon anggota belum banyak dilakukan karena mereka masih merasa trauma ketika mendengar kata CU. Pada awalnya calon anggota bersikap tertutup sama sekali, tetapi selang satu tahun mulai terjadi perubahan. Namun, di tahun pertama KP ini juga banyak sekali anggota yang dikeluarkan karena menunggak dan tidak berhasil diberi pemahaman mengenai CU. Sesudah ditagih dan melunasi utangnya mereka dikeluarkan dari keanggotaan agar tidak menjadi virus di tubuh CU. Kebanyakan dari mereka adalah anggota yang jauh dari kantor, belum ada akses sampai ke tempat tinggal mereka dan masih harus melewati jalan setapak. Mereka juga sangat sulit dihubungi karena tidak ada jaringan komunikasi sehingga tidak dapat ditelepon atau di-SMS.

Memasuki tahun 2013 mulai ada anggota baru yang masuk. Saat itu diberlakukan aturan bahwa setiap calon harus mengikuti Pendidikan Dasar (Pendas) sebelum menjadi anggota untuk memastikan bahwa mereka paham apa itu CU. Sebelumnya anggota dapat masuk setelah mengikuti Sosialisasi dan baru ikut Pendas setelah masuk menjadi anggota.

Dua anggota kelompok inti, Maria Mariati dan Badi diangkat menjadi Komite. Sementara itu juga dilakukan perekrutan anggota kelompok inti yang baru sehingga memasuki tahun 2014 KP Messawa memiliki 10 anggota kelompok inti yang kemudian disebut Kerabat. Kerabat direkrut dari para pengurus di rukun (sebutan untuk suatu wilayah layanan di dalam Gereja Katolik di Sulawesi Selatan) dan para pelayan di gereja (para pengantar, orang yang menggantikan posisi imam untuk memimpin ibadat jika imam berhalangan hadir).

Langkah-langkah tersebut berhasil mengurangi kredit lalai meskipun belum stabil. Akhir tahun 2012 angka KL menjadi 24,61%. Angka ini bertahan sampai memasuki tahun 2014. Di bulan Januari 2014 angkanya menjadi 25,74% dan angkanya terus mengalami penurunan sampai 9,18% pada bulan Desember 2014. Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh charge off. Selain itu, ada dua langkah lain yang memberikan kontribusi. Pertama, Anggota juga disadarkan bahwa agar mereka tetap dapat meminjam, mereka harus tertib mengangsur. Kedua, denda mulai diterapkan dengan tegas. Kalau sebelumnya orang yang terlambat membayar tidak didenda, sekarang dikenal denda sebesar 1,5%. Kebijakan ini cukup membantu anggota untuk mengangsur tepat waktu karena mereka tidak mau kehilangan uang 5% (1,5% dari bunga dan 1,5% dari denda).

Pada bulan Februari 2014, Fransiska Lembang dipindah ke KP Baras untuk mengatasi kredit lalai di sana. Bisa dikatakan, Siska (demikian panggilan akrabnya) sudah berhasil melakukan “bersih-bersih” di KP Messawa.

Pelayanan di hari Sabtu, 28 Juli 2018
Keberhasilan ini merupakan buah dari perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa, bahkan sampai hampir kehilangan nyawa. Saat itu Siska ditemani oleh aktivis, Maria Mariati, pulang dari melakukan penagihan yang gagal. Anggota yang dikunjungi melarikan diri meskipun dalam keadaan baru hamil. Berdua, mereka harus berjalan pulang dalam keadaan kehujanan sejauh 7 kilometer karena motor tidak bisa masuk ke sana. Malang, jalan setapak yang harus mereka lewati tertutup dan mereka tidak bisa melewatinya. Kalau harus putar balik, mereka harus mengulang berjalan kaki sejauh 7 kilometer. Kebetulan, 5 meter di atas mereka ada jalan setapak lain ke arah pulang. Tetapi satu-satunya cara mencapai jalan setapak itu adalah dengan memanjat akar pohon yang menggantung dan menghubungkan kedua jalan setapak itu. Maria Mariati mengusulkan untuk memanjat akar tersebut. Siska memintanya untuk naik duluan. Badan Maria Mariati lumayan besar, tetapi ia cukup mampu dan lincah untuk memanjat akar tersebut. Siska memiliki ukuran badan yang besar juga. Di samping itu, ia menggendong tas berisi laptop yang semakin menambah beban. Dalam keadaan seperti itu, Siska memanjat akar tersebut. Ia mengalami kesulitan dan hampir-hampir putus asa. Sambil berdoa memohon pertolongan Tuhan, dalam suasana hati penuh kecemasan dan ketakutan, Mariati terus-menerus memberi semangat agar Siska terus berusaha dan tidak menyerah. Mariati tidak kalah takutnya karena kalau Siska gagal dan jatuh, akibatnya akan fatal karena di bawah adalah jurang yang terjal dan dalam. Bisa-bisa ia masuk penjara karena telah mengakibatkan seseorang terbunuh. Akhirnya Siska berhasil sampai atas. Wajahnya sudah pucat pasi karena ketakutan dan rasa putus asanya. Dalam keadaan gelepot penuh lumpur, mereka berdua berbaring di atas tanah untuk memulihkan tenaga sampai mereka merasa cukup mampu untuk melanjutkan perjalanan.

Tabel Hasil Penanganan Kredit Lalai Kantor Pelayanan Messawa
TAHUN
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
BULAN
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
JANUARI
36,53%
20,06%
55
25,75%
27
9,08%
11
3,70%
0
0%
0
0%
FEBRUARI
33,74%
18,70%
55
23,97%
27
8,93%
11
3,55%
0
0%
0
0%
MARET
32,56%
35
20,41%
51
21,71%
28
8,87%
11
3,05%
0
0%
0
0%
APRIL
31,03%
46
28,95%
47
19,18%
27
8,52%
12
2,98%
0
0%
0
0%
MEI
36,85%
47
27,09%
42
17,28%
29
8,82%
1
0,08%
0
0%
0
0%
JUNI
36,49%
35
21,69%
42
17,03%
23
7,35%
2
0,21%
0
0%
0
0%
JULI
38,89%
40
25,77%
41
15,53%
24
7,65%
1
0,08%
0
0%
0
0%
AGUSTUS
33,07%
36
19,83%
42
14,44%
24
7,45%
0
0%
0
0%
0
0%
SEPTEMBER
25,16%
28
15,44%
40
13,11%
23
6,97%
0
0%
0
0%
OKTOBER
27,39%
28
13,37%
36
11,39%
15
5,24%
1
0,12%
0
0%
NOVEMBER
29,95%
27
14,34%
35
11,04%
14
4,90%
2
0,44%
0
0%
DESEMBER
24,61%
20
8,21%
26
9,18%
11
3,91%
1
0,28%
0
0%
Keterangan:
A: jumlah anggota yang lalai
B: persentase kredit lalai

Menuju Nol Persen
Limsia Wanti Pali' sedang melayani pencairan kredit.
Selanjutnya posisi manajer KP Messawa dipercayakan kepada Limsia Wanti Pali’. Ketika Wanti (demikian panggilannya) masuk sebagai manajer KP di bulan Februari 2014, terdapat 47 orang yang lalai dan mereka semuanya tinggal di Desa Supiran dan Makula. Penagihan kepada anggota yang lalai secara rutin dilakukan. Setiap hari Rabu mulai minggu kedua sampai minggu keempat kedua staf melakukan kunjungan kepada anggota yang lalai di Desa Suppiran dan Makula.

Untuk mengefektifkan penagihan, para anggota ditemui di pasar. Pasar buka pada hari-hari tertentu dan banyak anggota datang ke pasar pada hari tersebut. Dengan demikian staf dan aktivis CU tidak harus mendatangi mereka satu per satu tetapi bisa sekaligus bertemu dengan beberapa anggota yang datang ke pasar untuk menjual hasil bumi mereka. Di samping itu, karena habis menjual hasil bumi, mereka pasti sedang memegang uang sehingga tidak bisa mengelak ketika ditagih. Lama kelamaan, hari pasar menjadi semacam hari janjian bertemu antara staf CU dengan anggota. Yoris Bea sering harus menginap di rumah anggota karena kebetulan hari pasaran di Makula dan Suppiran berurutan, Makula hari Selasa, Suppiran hari Rabu. Selain bertemu di pasar, staf juga mengunjungi ke rumah-rumah anggota dan baru kembali ke kantor KP di hari Kamis. Anggota yang lalai itu ada yang petani, pedagang, atau ibu rumah tangga.

Dengan segala usaha seperti itu pun, banyak anggota yang tidak mau membayar angsuran. Biasanya anggota marah ketika didatangi oleh staf atau aktivis. Oleh sebab itu dipikirkan cara untuk melakukan kunjungan dalam tim. Pada bulan November 2015 dilakukan kunjungan tim yang terdiri dari staf, Komite, dan Kerabat yang berjumlah 9 orang. Ternyata, meskipun marah kalau dikunjungi oleh satu orang, orang Suppiran merasa malu ketika didatangi bareng-bareng oleh banyak orang. Tim ini berhasil mengunjungi 17 anggota dan membawa pulang angsuran sampai tiga puluh juta rupiah. Sesudah itu kunjungan tim dilakukan setiap kali ada anggota yang bersikeras dan bandel.

Selain kunjungan tim, juga dilakukan kunjungan silang, artinya aktivis dari satu wilayah melakukan penagihan di wilayah lain dan anggota yang lalai di wilayahnya ditagih oleh aktivis dari daerah lain. Kalau dikunjungi oleh orang yang sudah dikenal, anggota cenderung tidak memedulikan tetapi kalau dikunjungi oleh orang yang belum dikenal, apalagi beberapa orang, anggota biasanya merasa malu.

Selain kunjungan rutin oleh staf, kunjungan tim untuk anggota yang bandel, juga dilakukan restrukturisasi pinjaman.

Memasuki Januari 2015 angka KL ada di 9,08% (dari tahun sebelumnya di angka 25%). Dari bulan ke bulan angka KL ini dapat terus ditekan sehingga memasuki Januari 2016 angkanya menjadi 3,70%. Di akhir tahun 2016 angkanya berhasil menembus angka nol koma (0,28%).

Menjaga KL Tetap Nol
Penulis bersama staf KP dan aktivis
Untuk menjaga angka KL tetap kecil dilakukan beberapa langkah antisipasi. Pertama, mulai 2016 perekrutan anggota dilakukan oleh Kerabat. Tidak sembarang orang dapat masuk menjadi anggota kalau tidak melalui rekomendasi Kerabat. Kerabat melakukan sosialisasi di beberapa tempat yang menjadi wilayah layanannya. Undangan sosialisasi hanya diberikan kepada anggota yang mereka yakini memiliki watak yang baik. Sesudah itu baru dilakukan Pendidikan Dasar untuk calon anggota yang sudah mantap. Dengan cara demikian, anggota yang masuk benar-benar sudah terseleksi dan mereka langsung berada di bawah tanggung jawab Kerabat yang mengajaknya.

Pada saat Sosialisasi disampaikan poin-poin mengenai kebutuhan keluarga dan pentingnya tabungan pendidikan untuk pembiayaan anak sekolah. Kerabat juga memberikan kesaksian bahwa mereka tidak dapat membangun rumah, tidak dapat membeli tanah, tidak dapat menyekolahkan anak kalau tidak ikut CU. Para anggota yang sudah merasakan manfaat ikut CU juga bercerita kepada sanak keluarga. Mereka juga diperkenalkan dengan program pemberdayaan, kelompok bina usaha, dan pendampingan usaha. Sebagai dampak dari usaha pendidikan ini, kalau sebelumnya orang sulit dikumpulkan, memasuki tahun 2016 orang mulai mencari CU. Di lain pihak, CU melakukan penyaringan terhadap anggota yang masuk melalui rekomendasi Kerabat untuk memastikan kualitas anggota yang masuk CU.

Johnatan Tris, staf KP Messawa, sedang bertugas sebagai kasir. 
Pengajuan pinjaman pun harus melalui Kerabat. Anggota mengambil formulir pengajuan pinjaman kemudian diisi. Setelah diisi anggota harus menemui Kerabat untuk diperiksa pengajuannya. Sesudah mendapatkan persetujuan dari Kerabat, baru pinjaman tersebut diajukan ke kantor. Anggota datang ke kantor dan diwawancarai oleh staf. Jika pinjaman di bawah simpanan, keputusan kredit diambil oleh staf dan Komite. Kalau berisiko tinggi keputusan kredit diambil dalam rapat Kerabat. Karena Kerabatlah yang memutuskan pemberian pinjaman berisiko, maka mereka pulalah yang bertanggung jawab jika ada kelalaian.

Setiap Kerabat bertanggung jawab untuk memantau pinjaman anggota yang menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing dibuatkan daftar anggota dan jatuh tempo pinjaman mereka. Daftar ini menjadi pegangan kerja bagi Kerabat. Setiap tanggal 6 atau 8 Kerabat mengadakan rapat. Sebelumnya ada Rapat Komite setiap tanggal 4 yang memetakan persoalan-persoalan yang ada. Dalam rapat Kerabat ini dibahas langkah-langkah konkret penanganan masalah. Setiap kali nama anggota yang menjadi tanggung jawabnya muncul dalam laporan sebagai lalai, maka Kerabat yang bersangkutan langsung mengambil langkah-langkah penanganan. Anggota dihubungi dan diingatkan dengan berbagai cara, via telepon, SMS, atau kunjungan langsung.

Theodorus Siara, salah satu staf KP Messawa
sedang dalam perjalanan untuk memberikan Pendas. 
Selain melalui mekanisme tata kelola yang terjaga, semangat dan komitmen para aktivis sangat menentukan keberhasilan KP ini. Manajer KP orangnya cekatan dan peduli. Setiap kali ada Komite atau Kerabat yang datang, Manajer selalu menyediakan teh atau kopi. Hal itu tampaknya sederhana tetapi memiliki dampak. Manajer juga hampir selalu hadir “terjun langsung” di komunitas-komunitas. Hal ini tentu saja dapat membantu menjaga spirit para aktivis.

Para aktivis (Komite dan Kerabat) adalah orang yang sudah terbiasa melayani di Gereja. Sebagian dari mereka adalah Pengantar. Mereka tidak ingin lembaga yang didirikan oleh Gereja ini sampai gagal. Oleh sebab itu mereka mau terlibat untuk memperjuangkan agar lembaga ini semakin baik dan semakin maju.

Selain itu, sebenarnya sedikit banyak ada faktor budaya yang mendukung pencapaian KL nol persen ini. Sebagian besar masyarakat di Messawa adalah orang Toraja dan sebagian lagi orang flores. Semangat kekerabatan di sana masih sangat kental dan mereka masih saling kenal satu sama lain, bahkan beda kecamatan pun mereka masih saling kenal. Hal ini membuat budaya malu masih cukup tinggi. Orang akan sangat menjaga nama baiknya karena kalau tidak banyak orang akan tahu keburukannya dalam waktu seketika. Itulah mengapa mereka akan malu seandainya didatangi beramai-ramai ketika lalai mengangsur.

Tambahan pula, dalam budaya Toraja, terutama, ada tradisi “bayar utang”. Ketika sebuah keluarga mengadakan hajatan, mereka akan mencatat siapa saja yang memberikan sumbangan. Hal itu mereka anggap sebagai utang yang suatu saat harus dikembalikan. Jadi sebenarnya tradisi mengembalikan utang sudah mendarah daging dalam budaya orang Toraja.

Tabel Pertumbuhan Anggota KP Messawa

2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
JANUARI
309
289
294
443
525
719
925
FEBRUARI
310
283
303
446
545
722
968
MARET
305
275
316
459
560
749
990
APRIL
297
274
320
459
574
758
1002
MEI
296
272
329
471
584
775
1033
JUNI
288
265
343
473
602
779
1053
JULI
284
271
375
485
625
795
1073
AGUSTUS
301
272
396
493
646
806
1092
SEPTEMBER
310
275
415
500
670
845
OKTOBER
307
279
421
504
698
876
NOVEMBER
304
283
430
509
706
906
DESEMBER
295
283
428
510
707
913

CU Mengubah Masyarakat
Dari sebuah daerah penyumbang KL tertinggi, kini KP Messawa menjadi satu-satunya KP yang berhasil menjaga angka KL-nya tetap di angka nol selama dua tahun terakhir. Tetapi perubahan di angka ini hanyalah sebuah cerminan dari perubahan di level yang lebih dalam.

Dimulai dari perubahan dalam diri para relawan (Komite dan Kerabat), perubahan ini menular ke anggota dan masyarakat. CU pada dasarnya mengajarkan kebaikan, mengajak anggota untuk menuju kualitas hidup yang lebih baik, untuk mengadopsi nilai-nilai kehidupan yang baik dan mempraktikkannya di dalam kehidupan nyata: tanggung jawab pribadi, tanggung jawab sosial, kedisiplinan, kesamaan, kesejajaran, demokrasi, kejujuran, keterbukaan, solidaritas, kepedulian. Para relawan adalah orang-orang yang terlebih dahulu mempraktikkan nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan mereka sebelum mengajarkannya kepada para anggota. Mereka mempraktikkan terlebih dahulu cara menata keuangan keluarga sehingga kondisi keuangan mereka menjadi lebih baik. Mereka mempraktikkan berwirausaha, bertani, beternak dan kemudian baru mengajarkannya kepada anggota. Mereka mencontohkan bagaimana memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sayuran dan baru setelah itu mengajak anggota untuk melakukannya.

Kehadiran CU Mekar Kasih di Messawa, melalui pendidikan dan pemberdayaan serta pelayanan keuangan, telah berhasil membawa kebaikan bagi masyarakat Messawa. Daerah Suppiran, zona merah dengan budaya judinya, kini telah berubah. Meskipun belum hilang sama sekali, frekuensi judi sudah jauh berkurang. Orang yang dahulu menolak CU sekarang mulai mencari CU karena CU secara nyata telah mengubah kehidupan para anggotanya.

Pemberdayaan di Messawa 
KP Messawa sudah membentuk dua komunitas basis, yakni Komunitas Kampung Messawa dan Komunitas Sumarorong. Tahap kegiatannya adalah pertama-tama melakukan gotong royong dan kemudian pelan-pelan mendorong usaha bersama.

Dibentuk di tahun 2017 Komunitas Kampung Messawa memiliki kurang lebih 50 anggota. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah gotong royong mengerjakan kebun anggota setiap hari Minggu sesudah makan siang. Secara bergiliran para anggota melakukan kunjungan ke kebun anggota dan mengerjakan kebun tersebut secara bersama-sama. Setiap anggota membawa alat pertanian sendiri-sendiri. Anggota ada yang menanam sayur, ubi, jagung, ubi jalar, kopi. Setiap kali kunjungan diikuti oleh kurang lebih 30 sampai 40 anggota.

Pada kesempatan itu juga diadakan arisan sepuluh ribuan. Anggota yang mendapat arisan akan menerima Rp280.000 dan sisanya digunakan untuk kas komunitas. Juga ada iuran per bulan sebesar Rp5.000. Rencananya hasil iuran ini akan digunakan untuk studi banding ke CU Sauan Sibarrung.

Dua orang anggota komunitas ini juga diberikan bahan untuk dibuat tenun dan hasilnya dibagi tiga: untuk CU, komunitas, dan anggota yang bersangkutan. Dalam komunitas ini juga ada usaha pribadi: kolam ikan, ternak babi, dan ternak ayam.

Komunitas Sumarorong memiliki kurang lebih 30 orang anggota. Kegiatan yang sudah dimulai adalah gotong royong mengerjakan kebun jagung meskipun baru sekali dilakukan.

Selain komunitas basis, KP Messawa juga memiliki kelompok binaan usaha. Sampai saat ini sudah ada 3 kelompok binaan usaha ternak babi.

Yang pertama adalah Kelompok Suppiran. Dibentuk dua tahun yang lalu dan terdiri dari 6 peternak. Kelompok ini melakukan pinjaman tanggung tenteng dengan besar pinjaman sekitar 10 juta rupiah per orang. Sudah 3 kali panen dan masing-masing anggota sudah punya indukan sendiri. Rata-rata per anggota punya 15 babi. Mereka sudah melakukan pinjaman dua kali, yang pertama 10 juta rupiah, yang kedua bervariasi.

Yang kedua, Kelompok Sipalamban, dibentuk satu tahun yang lalu dan juga terdiri dari 6 anggota. Susah sekali panen dan sebentar lagi akan panen untuk kedua kalinya. Sudah dua kali melakukan pinjaman tanggung renteng, pertama 10 juta rupiah dan kedua 5 juta rupiah. Selain memiliki indukan kelompok ini juga sudah punya pejantan yang bagus.

Yang ketiga Kelompok Sipatuo, sudah berusia dua tahun. Juga sudah pinjam dua kali, yang pertama 10 juta rupiah per anggota (untuk 5 orang) dan yang kedua 5 juta rupiah per anggota (untuk 7 orang anggota). Juga sudah punya indukan dan pejantan. Kalau sebelumnya makanan pokok dan konsentrat diambil dari luar, sekarang sudah mulai membuat pakan sendiri menggunakan bahan makanan lokal.

Ke depan akan mengembangkan kelompok binaan ternak ayam super. Sekarang ini sudah ada 10 anggota yang membeli ayam super dari Yogyakarta sebanyak 400 ekor sebagai pilot project sebelum diterapkan ke kelompok binaan.

Komite

Tabel Nama Komite dan Kerabat KP Messawa dari Tahun ke Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
KOMITE
Badi, S.E.
Badi, S.E.
Badi, S.E.
Badi, S.E.
Badi, S.E.
Badi, S.E.
Maria Mariaty
Maria Mariaty
Maria Mariaty
Maria Mariaty
Maria Mariaty
Maria Mariaty
Yustinus
Yustinus
Yustinus
KERABAT (KELOMPOK INTI)
Badi, S.E.
Tammu
Tammu
Tammu
Tammu
Tammu
Maria Mariaty
Paulus Rotto
Paulus Rotto
Paulus Rotto
Paulus Rotto
Paulus Rotto
Yustinus
Yustinus
Yurinda Rantetana
Yurinda Rantetana
Yurinda Rantetana
Yurinda Rantetana
Yurinda Rantetana
Rosmita
Rosmita
Rosmita
Rosmita
Rosmita
Hendrikus Tappi
Hendrikus Tappi
Hendrikus Tappi
Saferianus Jehata
Hendrikus Tappi
Saferianus Jehata
Saferianus Jehata
Saferianus Jehata
Nataniel
Saferianus Jehata
Nataniel
Nataniel
Nataniel
Marius Igo
Nataniel
Yusuf Nundi Mangngori
Herman Bamba
Herman Bamba
Hendrikus Tappi
Yusuf Nundi Mangngori
Herman Bamba
Christina Siman Pakendek
Christina Siman Pakendek
Yermia
Herman Bamba
Anthon
Elisabeth
Elisabeth
Yusuf Nundi Mangngori
Robertus Rettang
Thomas Tamma
Thomas Tamma
Thomas Tamma
ROBERTUS REPPA
Hermanus Sonda Sanggalangi'
Darwan
Darwan
Darwan
Thomas Tamma
Darwis Sambo Palinggi
Darwis Sambo Palinggi
Darwis Sambo Palinggi
Darwis Sambo Palinggi
Ludai S
Soleman Sali
Soleman Sali
Yermia
Victor Adriman
Victor Adriman
Anthon
Darius
Yermia
Benny Bon
Sarah Karonda

Keberhasilan KP Messawa tidak terlepas dari peran serta Komite. Komite terlibat di dalam rapat-rapat, kegiatan penagihan dan pendidikan. Mereka mengadakan rapat rutin setiap bulan (tanggal 4) bersama staf KP Messawa untuk membahas kondisi KP. Pada awanya KP Messawa memiliki dua Komite, yakni Badi, S.E. (Koordinator Komite sekaligus Komite Diklat dan Pemberdayaan) dan Maria Mariati (Komite Kredit) dan mulai tahun 2017 ada tambahan satu Komite, yakni Yustinus sebagai Komite Keuangan. Komite juga terlibat dalam rapat Strategic Planning (SP), Business Plan (BP), Monitoring Evaluasi (Monev), dan Organizational Development (OD).

Komitmen para Komite di KP Messawa ini sungguh luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang sudah terbiasa melayani tanpa pamrih di Gereja. Mereka terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dan pekerjaan CU (seperti penagihan) tanpa mendapatkan uang transpor sama sekali. Tidak ada uang komunikasi. Pengganti bensin baru diberikan ketika mereka ikut rapat KP dan mendapat pengganti hari ketika ikut SP, BP, Monev, RAT, OD. Memang ada bagian SHU di akhir tahun tetapi jumlahnya pun tidak seberapa. Namun, semua itu tidak menyurutkan mereka untuk terus terlibat di dalam kegiatan-kegiatan CU dengan tantangan dan tingkat kesulitan yang tidak ringan. Mereka harus berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk mengunjungi anggota. Kadang harus menempuh perjalanan panjang dalam keadaan hujan.

Maria Mariati, lahir 10 Oktober 1962 di Sepang, Sulawesi Barat. Komite Kredit KP Messawa. Mengajar di SDN 013 Tallang Balo. Suaminya adalah seorang petani kopi dan beternak ayam. Memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki.

Menjadi anggota CU Mekar Kasih di tahun 2009 berkat sosialisasi dan pendidikan dasar yang disampaikan oleh Pastor Bartolomeus Sire’pen, Pr. Masuk sebagai anggota KP Makassar, Mariati langsung mengajukan pinjaman Kapitalisasi. Enam bulan kemudian mengajukan pinjaman dalam jumlah yang jauh lebih besar dan karena ada saudaranya yang menjadi Pastor, pinjaman tersebut dikabulkan. Dari sinilah Mariati mulai merasakan manfaat menjadi anggota CU.

Ketika ditawari untuk menjadi anggota kelompok inti oleh Manager KP, ia langsung bersedia. Ia adalah aktivis pertama semenjak KP Messawa menjadi KP tersendiri. Ia sangat bersemangat menjadi aktivis karena sadar dan yakin bahwa CU Mekar Kasih merupakan suatu bentuk pelayanan yang benar-benar dapat membantu orang lain. Semangat ini juga dilatarbelakangi oleh pengalaman pahit yang dialami orang tuanya yang sempat menjadi korban Kospin di Pinrang. Ia ingin terlibat dalam meyakinkan banyak orang bahwa CU Mekar Kasih berbeda dengan Kospin dan CU yang sudah ada sebelumnya. Sebelumnya di daerah Messawa sudah ada CU tetapi tidak berlanjut karena sistem manajemennya belum bagus.

Dengan dibukanya KP Messawa, Maria Mariati tertantang untuk ikut memperbaiki kondisi KP dan langsung terlibat aktif dalam kegiatan CU, baik penagihan maupun pendidikan. Setiap Minggu, secara informal ia memberikan pemahaman kepada anggota mengenai apa itu CU. Sebelum misa dimulai atau sesudahnya, ia mengumpulkan para anggota di depan gereja untuk mengajak mereka ikut memikirkan dan memajukan KP Messawa.

Sebagai Komite, waktunya lebih banyak dihabiskan untuk kegiatan CU. Meskipun begitu, keluarganya dapat memahami dan memaklumi karena selama ini ia juga sudah terbiasa memberikan waktunya untuk pelayanan di Gereja. Ia merasa bangga dapat membantu orang lain melalui pelayanannya baik di Gereja maupun di CU.

Pernah punya pengalaman menarik sewaktu melakukan penagihan. Ada anggota yang sekaligus teman mengalami kredit lalai. Kebetulan teman tersebut masuk CU atas rekomendasinya. Pada kunjungan pertama anggota mengatakan tidak ada uang. Pada kunjungan kedua, Maria Mariati mengatakan, “Beri kami seribu saja sebagai bukti kepada Kepala Kantor kalau kami sudah melakukan kunjungan. Seribu saja setelah itu kami akan pulang.” Tampaknya temannya tersebut malu lalu keluar rumah mencari uang dan akhirnya membayar angsuran sebanyak tujuh ratus ribu rupiah.

Sebagai komite, Maria Mariati sudah mengikuti sejumlah diklat, seperti TOT Kerabat, CULOCC, Master Trainer, Manajemen Keuangan, Manajemen Kredit, Financial Literacy. Mantan Kepala Sekolah yang sekarang masih aktif mengajar ini mengakui bahagia dapat ikut dalam pelayanan kepada sesama melalui CU. Mariati berharap CU Mekar Kasih benar-benar dapat menjadi cahaya dan produk-produknya merupakan solusi nyata bagi kebutuhan anggota. Secara pribadi ia sangat berharap suatu saat akan terpilih untuk ikut RAT Puskopdit BKCU Kalimantan.

Badi, S.E. Lahir di Pinrang 3 Januari 1974. Memiliki dua anak perempuan, berusia 13 dan 12 tahun. Istrinya adalah seorang guru hononer di sekolah tempat ia juga mengajar, SMPN 4 Lembang. Tinggal di Suppiran. Jadi anggota CU Mekar Kasih sejak 2008.

Tahun 2009, ia merupakan salah satu dari tiga aktivis yang diangkat oleh KP Makassar untuk menagih kredit lalai di wilayahnya, Suppiran, bersama Yermia dan Darius Luran Yuli. Saat itu belum ada kantor di Messawa. Ia sadar betul tantangan yang harus dihadapi. Salah satu kendalanya adalah anggota tidak yakin betul apakah uang yang disetorkan itu benar-benar sampai di kantor. Hal ini menjadikannya berada pada posisi yang serba sulit. Oleh sebab itu, keluarganya sempat melarangnya agar ia tidak terlibat dalam masalah. Namun, ia bertekad untuk tetap menjalankannya dengan keikhlasan dan ketulusan. Di lain pihak, jika anggota percaya dan membayar setoran, ia harus membawa setoran tersebut jauh sampai ke Polewali. Di sana ia akan bertemu staf yang akan menerima setoran tersebut dan membuatkan slip penerimaan. Pada awalnya ia hanya mencatat setoran anggota di secarik kertas. Sesudah mendapatkan slip dari staf ia akan kembali dan mengantarkan slip bukti penerimaan itu ke anggota yang bersangkutan.

Sebagai guru ia berusaha mengatur waktu sebaik mungkin agar tetap bisa melakukan penagihan. Sarana komunikasi masih terkendala karena jaringan masih sulit. Agar dapat menelepon atau kirim SMS ia harus mencari tempat yang ada sinyalnya. Jalanan masih jelek juga memperlambat mobilitas. Semua kemungkinan bertemu dengan anggota dimanfaatkannya: bertemu di pasar di sela-sela waktu mengajarnya, sore hari melakukan kunjungan ke rumah-rumah, bertemu di jalan, atau waktu ada pesta. Ada juga yang mau datang ke rumah mengantarkan angsuran, mereka diminta pengertiannya karena ia terikat jam kerja.

Namun, ada juga yang tidak mau membayar dan menjelek-jelekkan CU dan menganggapnya sebagai penipu. Sebagai manusia, wajar kalau emosinya terpancing. Namun, pelan-pelan orang-orang seperti itu diberi pengertian dan akhirnya mulai terbuka.

Badi mau melakukan semua ini karena meyakini ini lembaga yang memberikan kebaikan bagi banyak orang. “Saya percaya pastor. Pastor bilang CU ini baik. Saya percaya. Saya percaya dulu baru melihat. Banyak orang ingin melihat dulu baru percaya,” demikian katanya. Ia meyakini bahwa Gereja tidak mungkin memberikan yang jelek, tetapi yang baik.

Sesudah kantor di Messawa, ia masih melakukan penagihan meskipun intensitas berkurang. Namun, kegiatan CU-nya tidak berkurang. Ia terlibat dalam Sosialisasi dan Pendas, memotivasi orang untuk bergabung ke CU dan mengajak anggota untuk ikut Pendas.

Setelah ikut banyak pelatihan, bertemu dengan banyak orang CU, Badi memulai usaha pribadi: ternak babi, ayam, budidaya ikan, tanam jagung, tanam padi. CU memberikan bimbingan dan pendampingan usaha. Ia mulai memahami maksud CU. CU ingin agar anggota berubah. CU identik dengan perencanaan kehidupan sejak awal. Hal itu mulai dirasakannya kurang lebih setelah tiga tahu bergabung ke CU dan semenjak ada kantor di Messawa.

Ia semakin mantap menjadi aktivis CU, menjadi Komite. Awalnya keluarga keberatan dengan aktivitasnya di CU. Mereka sering protes karena ia terlalu sering keluar, terutama anak-anak. Namun, sekarang mereka sudah dapat mengerti dan memaklumi kegiatannya karena dampak nyata yang sudah dirasakan keluarga. Keluarganya mengalami kemajuan nyata. Dulu tinggal di rumah kecil, masih menumpang rumah milik orang, sekarang sudah milik sendiri. Sekarang beberapa usaha juga sudah memberikan hasil yang cukup nyata.

Yustinus, Maria mariati, Badi, S.E.
Semua ini ia lakukan juga sebagai balas budi karena dulu ia sekolah di Seminari dan dibiayai oleh banyak orang (umat). Ia ingin membalas kebaikan orang lain itu dengan menjadi Pengantar (pemimpin ibadat) dan menjadi aktivis CU. Ia bahagia ketika mendengar cerita bahwa anggota yang pernah dilatih beternak babi sekarang benar-benar berhasil dalam beternak babi. Ada juga anggota yang bersyukur karena diajaknya menjadi anggota CU sehingga dapat meminjam dan membiayai macam-macam keperluan. Pernah ada salah satu teman guru dan orang tuanya anggota CU. Orang tuanya itu sakit dan pinjamannya menunggak. Badi mengingatkan agar temannya itu membayar angsuran pinjaman orang tuanya karena kalau lancar membayar angsuran, akan ada uang Jalinan. Suatu hari temannya itu datang ke rumahnya malam-malam untuk membayar angsuran untuk orang tuanya. Badi segera menyetorkan angsuran itu ke kantor. Tidak lama kemudian orang tuanya meninggal dan mendapatkan uang Jalinan. Ketika menerimanya temannya itu menangis karena sungguh-sungguh bersyukur telah terbantu oleh CU melalui pelayanannya. CU telah membebaskannya dari warisan utang. Ada juga yang mengatakan, “Tung Guru, kamu betul-betul mau ajar kita, tidak ada sembunyi-sembunyi bagaimana kita menjalani kehidupan ini, bagaimana kita berusaha.” Dengan perkataan itu ia sungguh merasa dikuatkan dan bahagia. Perjuangan dan pengorbanannya selama ini ternyata memiliki dampak nyata bagi anggota. Ia meyakini bahwa semakin banyak berbagi, semakin banyak ia akan menuai kebaikan.

Badi memiliki keyakinan bahwa ke depan CU akan menjadi primadona karena banyak yang sadar CU betul-betul mengajarkan nilai kejujuran, tanggung jawab, bisa dipercaya, sabar, telaten, semangat melayani, volunter. Ia berkeyakinan bahwa orang yang ber-CU dengan baik pasti tidak mata duitan. “Banyak yang kita pikirkan tentang lembaga ini bukan hanya tentang uang,” demikian pungkasnya.

Yustinus, lahir di Mangkutana, Luwu, Palopo, 23 Maret 1962. Guru PKn dan sekaligus Pengantar ini tinggal sangat dekat dengan kantor KP Messawa. Badi (Komite Diklat) dan Yurinda (Kerabat) adalah mantan muridnya. Beristri seorang guru SD dan memiliki 5 orang anak.

Bergabung masuk CU sudah 4 tahun. Sesudah masuk menjadi anggota ia merasa terlambat menjadi anggota. Atas ajakan Pastor Martinus Pasomba (Vikep) ia mau menjadi Komite Keuangan sejak tahun 2017. Meskipun awalnya agak terpaksa, akhirnya ia dapat memahami misi CU dan merasa terpanggil untuk terlibat memajukan CU. Ia sangat senang dapat berkumpul dengan para Kerabat dan Komite yang lain. Rapat Kerabat menjadi salah satu momen yang selalu ia tunggu-tunggu karena semangat kekeluargaannya begitu kental. Ia juga mendapatkan banyak sekali manfaat dari pendidikan-pendidikan yang diselenggarakan CU.

Yustinus berharap ke depan anggota CU Mekar Kasih di Messawa semakin loyal dan bertambah banyak dan CU tetap dan semakin jaya. Secara pribadi sebagai aktivis ia berharap akan terus menerima pembekalan dan diberi kesempatan untuk melakukan studi banding.

Kerabat
Kerabat adalah anggota yang direkrut menjadi aktivis untuk membantu manajemen melakukan pendidikan, merekrut anggota, mendampingi anggota, dan juga menangani perkreditan. Mereka adalah relawan yang bekerja untuk melayani kebutuhan anggota dan membantu memastikan bahwa struktur keuangan KP dalam kondisi yang baik.

Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sudah terbiasa melayani di Gereja. Tahun 2018 ini KP Messawa memiliki 18 orang Kerabat yang terdiri dari 8 guru, 2 pensiunan, 2 karyawan swasta, dan selebihnya petani. Berikut beberapa profil di antaranya.

Yurinda Rentetana (kiri)
Yurinda Rantetana, lahir di Messawa, 10 Juni 1982. Suaminya seorang tour guide di Toraja dan memiliki 3 orang putra. Lulusan jurusan pemerintahan dari Universitas Al Asyariah Mandar ini sejak Oktober 2017 bekerja sebagai Panwaslu. Sebelumnya bekerja sebagai penyuluh honorer Depag.

Tinggal sekitar 400 meter dari kantor KP Messawa, menjadi anggota CU sejak KP Messawa dibuka (Oktober 2012) dan semua anggota keluarga sudah menjadi anggota CU. Sejak bergabung itu ia langsung menjadi Kerabat (waktu itu masih disebut Kelompok Inti). Awalnya hanya ikut-ikutan saja, kemudian mulai merasa senang bisa memperkenalkan CU kepada orang-orang. Lama-lama ia merasa asyik karena dapat bertemu dan membantu orang. Ada yang diajak masuk CU tidak langsung mau tetapi ketika sudah bergabung menyesal karena tidak gabung sejak dulu-dulu.

Sebagai Kerabat, Yurinda bertanggung jawab untuk mendampingi anggota dalam lingkup satu desa. Kegiatan riilnya sebagai kerabat adalah melakukan Sosialisasi (sekitar dua kali dalam sebulan), memberikan Pendas (tahun 2018 ini [sampai Juli] sudah 3 kali Pendas), mengingatkan anggota untuk membayar angsuran sebelum jatuh tempo, dan melakukan penagihan.

Saferianus Jehata, lahir di Flores, 15 Maret 1974. Lulusan Sastra Inggris Universitas Satria Makassar. Istri seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Ia seorang PNS, mengajar di SDN 004 Sepang dan SMAN 1 Messawa.

Jadi anggota CU sejak 2014 di KP Messawa. Setelah setahun menjadi anggota, ia meyakini bahwa kehadiran CU harus diinformasikan kepada masyarakat karena ada pemberdayaan di dalamnya. Banyak potensi di masyarakat yang karena tidak dikembangkan kurang berguna bagi dirinya dan orang lain. Itulah yang menjadi alasannya mengapa ia mau menjadi Kerabat.

Semenjak menjadi Kerabat, Safe, demikian ia biasa dipanggil, merasa ada perubahan di dalam dirinya. Ia terdorong untuk semakin menjadi lebih baik, menjadi yang terdepan dari orang lain. Ia semakin mengenal banyak orang, yang dulunya tidak saling kenal. Kalau dulu merasa kurang peduli kepada orang lain, sekarang menjadi lebih peduli. Ia merasa hidupnya lebih bermanfaat dengan saling mempertemukan orang, bisa saling berbagi, bisa ada yang dibagikan kepada sesama.

Sebagai Kerabat, Safe terlibat di dalam kegiatan penagihan dan pendidikan. Ia selalu melakukan update informasi mengenai CU kepada anggota dan mengajak anggota untuk mengubah pola pikir. Tahun 2018 ini sudah tiga kali mengadakan pendidikan Financial Literacy, sekali di Sepang (peserta 36 orang), sekali untuk anak muda di Suppiran, dan satunya untuk anak-anak di Sasakan. Juga sudah melakukan Pendas dua kali di Sepai (peserta 18 orang) dan di Sepang (peserta 13 orang). Pendas didahului dengan kegiatan kunjungan ke rumah demi rumah untuk melakukan sosialisasi. Sosialisasi juga dia lakukan tiga kali di Gereja. Selain itu juga memberikan pelatihan ternak babi satu kali di Sepang dan pelatihan ternak ayam di kantor KP.

Sebelum mengajar anggota, Safe sudah terlebih dahulu mempraktikkan apa yang akan diajarkannya. Ia menekuni usaha membuat dan menjual kerupuk dari ubi yang ditanam sendiri. Usaha itu dimulainya saat Pemilu dan sekarang diteruskan penjualannya ke sekolah-sekolah. Dalam sehari bisa memproduksi paling tidak 100 bungkus kerupuk dan dijual Rp1000 per bungkus. Memulai usaha ini bukan perkara mudah karena di daerahnya merupakan hal yang dianggap memalukan bagi seorang PNS untuk melakukan jualan kerupuk seperti itu. Namun, ia mau melakukan hal itu sebagai komitmennya agar dapat memberi contoh kepada anggota.

Safe juga memelihara babi (memiliki 2 indukan dan 5 babi yang sudah besar), itik (20 ekor), dan ayam super (24 ekor). Ia juga mengolah sawah seluas setengah hektar yang hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri sehingga sudah tidak perlu membeli beras lagi. Selain itu ia juga menanam ubi (seluas 1 hektar), cengkeh (12 pohon), dan alpukat (8 pohon). Selain untuk menambah penghasilan dan memenuhi kebutuhan sendiri, hal itu dilakukannya agar memiliki pengalaman nyata sebelum mengajarkannya kepada anggota. Dari pengalaman ini ia berupaya memotivasi anggota untuk memulai membuka usaha sederhana. Beberapa anggota sudah berani memulai usaha dan sudah menikmati hasil.

Anggota yang menjadi tanggung jawabnya lebih dari 100 orang. Di antaranya ada 1-2 anggota yang sering bermasalah, tetapi ia selalu setia mendampingi dan memantau sehingga kalau ada yang kredit lalai bisa langsung ditangani. Hampir setiap hari ia datang ke kantor KP untuk menyerahkan setoran anggota. Ada yang antar setoran ke rumahnya, ada yang dijemput ke rumahnya, terutama yang jauh dan ibu-ibu (karena tidak memiliki alat transportasi dan harus naik ojek kalau ingin pergi).

Dalam hal penagihan, Safe pernah punya pengalaman yang menarik. Bersama Kerabat lainnya, Yurinda, ia mendatangi seorang anggota yang tinggal jauh dari kantor dan harus memasuki hutan untuk sampai ke sana. Tiga kali penagihan tidak menghasilkan apa-apa dan hanya diberi janji terus-menerus. Karena jaraknya sangat jauh dan medannya begitu sulit, akhirnya Safe rela berkorban dengan mengambil barang jaminan berupa mesin kompresor dan ia melunasi pinjaman anggota tersebut yang kebetulan berasal dari Flores juga. Pengorbanan ini ia lakukan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai Kerabat.

Paulus Rotto, Limsia Wanti Pali', Saferianus Jehata
Paulus Rotto, lahir di Messawa, 15 Januari 1952 (66 tahun). Istrinya seorang ibu rumah tangga dan memiliki sebuah kios. Memiliki 9 anak dan hanya 1 anak yang belum menjadi anggota CU karena merantau ke Timika. Pensiunan PNS di Dinas Pertanian dan Peternakan ini juga sekaligus melayani di Gereja sebagai Pengantar.

Beberapa bulan setelah kantor buka, ia menjadi aktivis. Meskipun kegiatannya sudah banyak, ia mau terlibat sebagai Kerabat karena ini merupakan pelayanan tanpa menuntut imbalan. Ia aktif terlibat dalam Sosialisasi, Pendas, dan penagihan. Tidak jarang harus melalui medan yang berat dan mengunjungi daerah yang listriknya belum stabil. Kadang juga harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki karena akses kendaraan tidak memungkinkan. Respons masyarakat ada yang mengecewakan, tetapi banyak juga yang cukup menggembirakan. Setiap kali melakukan Sosialisasi, ia menekankan kepada calon anggota agar kalau masih ragu tidak usah ikut Pendas, kalau sudah yakin baru ikut Pendas. Hal itu membuat mereka semakin berminat untuk mengikuti Pendas.

Namun, komitmennya ini sempat mendapat ujian ketika ia melakukan Pendas di Stasi Sibanawa yang datang hanya 3 orang. Padahal sebelumnya ada 22 orang yang ikut Sosialisasi. Ia sudah datang jauh-jauh dalam keadaan kehujanan, pulang juga masih kehujanan dan, malangnya, di tengah perjalanan motornya mogok karena bensin habis. Hari sudah malam dan ia tidak membawa lampu. Ia sempat merasa kecewa. Namun, setelah merenung kembali ia menghayati pengalaman ini sebagai sebuah bentuk pengorbanan. Sebagai “hukuman” kepada stasi tersebut, Manajer KP tidak mau datang kembali ke tempat itu selama setahun. Para aktivis berkeyakinan, ketika orang-orang di sekitarnya sudah termotivasi dan mendapat manfaat dari CU, suatu saat masyarakat di stasi tersebut akan mencari CU dengan sendirinya. Namun, untuk sementara datang ke stasi tersebut akan merupakan usaha yang sia-sia.

Sebagai Kerabat paling tua, Paulus Rotto merupakan salah satu anggota dari Kelompok Binaan Sipatuo. Sudah beberapa kali menjual babi dan sekarang memiliki 5 indukan, 2 jantan, 4 babi dara, dan 13 anak babi. Ini juga merupakan praktik keteladanan seorang Kerabat agar dapat membagikan ilmunya dari pengalaman nyata. Dengan cara demikian ia dapat memotivasi anggota. Ia merasa bahwa membagikan ilmu dan pengalaman yang baik kepada sesama saudara merupakan amal.

Sekarang masyarakat semakin sadar. Ke depan ia memiliki harapan agar aktivis tidak perlu capai-capai pergi jauh-jauh untuk melakukan sosialisasi, tetapi orang akan datang sendirinya kalau sudah mulai sadar. Ia tidak pernah takut kalau-kalau KP Messawa akan tutup karena yakin bahwa yang baik akan baik pula. Harapan ke depan CU berkembang pesat, kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk mengikuti Pendas. <

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Credit Union Creates Values for People and Communities

Pelayanan anggota CU di TP Derri, Toraja Jumlah credit union di Indonesia pernah mencapai angka 1600-an. Tetapi sekarang ini tinggal 800-an. Dalam semester pertama tahun 2017 saja ada 28 credit union yang menghilang. Melihat kecenderungan ini, wajar kalau orang mulai ragu dan bertanya: apakah credit union akan bubar? Melihat fakta perkembangan CU di Indonesia, kita mau tidak mau dipaksa sadar bahwa CU tidak selamanya menjadi berkat dan pembawa kebaikan. Ada saatnya CU menjadi bencana dan menyebabkan bencana bagi masyarakatnya. Di lain pihak, di beberapa negara, sumbangan credit union telah sedemikian nyatanya. Salah satunya, kemajuan perekonomian di Korea Selatan tidak lepas dari sumbangsih credit union di sana. Tiga puluh persen penduduk Korea adalah anggota credit union. Selain itu, di Kanada, Amerika Utara, Australia, credit union telah berkembang dengan sedemikian baiknya. Penetrasi gerakan kooperatif ini secara global telah mencapai 8%. Dari sini kita yakin bahwa CU tidak a...

Mengubah Pola Pikir Masyarakat Purworejo

Dimulai dari Pendidikan Sosialisasi Pendidikan Sosialisasi “Pemberdayaan di CUAL dimulai dari pendidikan,” demikian disampaikan oleh Maria Kristiani, Manager CU Angudi Laras yang berkantor di kota Purworejo. “Sejak Sosialisasi sudah ditekankan bahwa keuntungan masuk CU ada dua, yaitu pendidikan dan komunitas,” demikian lulusan Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini menekankan. Hal ini penting karena kalau anggota memahami CU sebagai lembaga simpan pinjam, Ibu kelahiran Purworejo 14 Des 1975 ini menyampaikan, mereka akan sangat susah untuk dimasuki nilai lain. Melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan, para peserta Sosialisasi diajak untuk menyorot permasalahan yang paling jamak di masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan itu akan menggiring mereka untuk menyimpulkan bahwa hampir semua permasalahan terkait dengan masalah ekonomi. Pertanyaan selanjutnya adalah sebenarnya apa akar masalah yang menyebabkan masalah ekonomi tersebut. Sampai tahap ini, hal yang perlu diwaspadai adalah kecenderun...