Langsung ke konten utama

Mengubah Pola Pikir Masyarakat Purworejo

Dimulai dari Pendidikan
Sosialisasi
Pendidikan Sosialisasi
“Pemberdayaan di CUAL dimulai dari pendidikan,” demikian disampaikan oleh Maria Kristiani, Manager CU Angudi Laras yang berkantor di kota Purworejo. “Sejak Sosialisasi sudah ditekankan bahwa keuntungan masuk CU ada dua, yaitu pendidikan dan komunitas,” demikian lulusan Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini menekankan. Hal ini penting karena kalau anggota memahami CU sebagai lembaga simpan pinjam, Ibu kelahiran Purworejo 14 Des 1975 ini menyampaikan, mereka akan sangat susah untuk dimasuki nilai lain.

Melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan, para peserta Sosialisasi diajak untuk menyorot permasalahan yang paling jamak di masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan itu akan menggiring mereka untuk menyimpulkan bahwa hampir semua permasalahan terkait dengan masalah ekonomi. Pertanyaan selanjutnya adalah sebenarnya apa akar masalah yang menyebabkan masalah ekonomi tersebut. Sampai tahap ini, hal yang perlu diwaspadai adalah kecenderungan orang untuk menyalahkan pihak luar. Oleh sebab itu, di CUAL, para peserta digiring untuk menyadari bahwa akar permasalahannya adalah terutama pada diri mereka sendiri, bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri, dan sumber permasalahan tersebut sebenarnya adalah ketidakmampuan mereka di dalam mengelola keuangan.

Nah, kalau permasalahannya adalah ketidakmampuan di dalam mengelola keuangan, apakah hal tersebut dapat diselesaikan dengan simpan pinjam? Tentu saja tidak. Simpan dan pinjam tanpa disertai oleh keterampilan di dalam mengelola keuangan tidak akan menyelesaikan masalah dan justru sebaliknya dapat memunculkan masalah baru. “Anggota digiring untuk menyimpulkan bahwa kuncinya adalah pada perubahan pola pikir,” tegas Manager CU yang berdiri 3 Januari 2011 ini.

Ketika calon anggota sudah sepakat bahwa perubahan pola pikir merupakan kunci bagi perubahan, maka Pendidikan Dasar ditawarkan sebagai salah satu solusi. Jadi calon anggota diajak untuk sampai kepada pemahaman bahwa Pendidikan Dasar bukan terutama dan semata-mata sebagai syarat untuk menjadi Anggota CUAL melainkan lebih sebagai kebutuhan agar melaluinya mereka terbantu untuk mengubah pola pikirnya.

Perubahan pola pikir tidak bisa terjadi sekali untuk selamanya. Ini merupakan sebuah proses yang berlangsung terus-menerus dan sangat ditentukan dengan siapa kita berkumpul dan bergaul. Untuk selalu memiliki pola pikir yang tepat dan positif, sangat penting bahwa orang juga bergaul dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki pola pikir yang sama. Oleh sebab itu memiliki komunitas yang baik bersama orang-orang yang berkualitas sangatlah penting. CU adalah komunitas yang terbuka bagi orang-orang yang ingin maju. CU hanya mau bekerja sama dengan orang yang sepaham, yang memiliki pola pikir yang sama. “Dengan demikian barier orang gabung atau tidak ada di pola pikir, bukan uang!” demikian kesimpulan Ibu dengan tiga orang anak ini.

Salah satu bentuk perubahan pola pikir adalah cara pandang kita terhadap CU. Di sini fasilitator dapat bercerita mengenai manfaat yang sudah mereka peroleh dengan bergabung di CU, bagaimana hidup dan pola pikir mereka telah berubah dengan bergabung di CU. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana nilai harus menjadi unsur yang menghidupi dan dihidupi di CU. Staf manajemen CUAL diajak menghayati pekerjaan mereka sebagai ladang pelayanan. Di CUAL, Maria Kristiani menegaskan, semua jadi subjek. Semua mengambil tanggung jawab. Semua memberikan kontribusi. Selain itu, semangat menghargai keberagaman juga ditekankan. Hal ini penting disampaikan karena CUAL lahir di lingkup gereja.

Dalam Sosialisasi ini dipromosikan pentingnya Pendidikan Dasar sebagai langkah awal agar peserta dapat dan disampaikan jenis-jenis pendidikan lain yang ada di CUAL seperti Financial Literacy, pelatihan wirausaha, dan pelatihan bisnis online. Selesai Sosialisasi, peserta diajak untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) terkait dengan keikutsertaan di dalam Pendidikan Dasar. Waktu dan tempat Diksar disepakati dan ditentukan bersama, bisa diselenggarakan di lokasi peserta asalkan ada minimal 15 peserta.

Ketika ada peserta yang memberi alasan sibuk sehingga tidak bisa ikut Diksar, fasilitator mengajukan pertanyaan reflektif ini: Anda punya waktu 365 hari mau sibuk terus tetapi cara mengelola salah, atau meluangkan waktu 1 atau 2 hari setelah itu bisa mengelola secara benar.

Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar CU
Setelah Sosialisasi, calon Anggota mengikuti Pendidikan Dasar. Dalam Pendidikan Dasar, ditekankan kembali bahwa CU bukan lembaga simpan pinjam. Pendidikan Dasar dimulai dengan Analisis Sosial untuk mempertajam dan menegaskan kembali kesadaran peserta yang sudah dibangun di saat Sosialisasi akan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Sesudah itu peserta dibawa kepada perubahan pola pikir sebagai langkah awal untuk memberdayakan diri.

Dalam Pendidikan Dasar, calon anggota diajak untuk berpikir kritis mengenai jenis produk simpanan dan pinjaman. Mengapa ada beberapa jenis produk simpanan? Mengapa simpanan ini syaratnya seperti itu? Mengapa balas jasanya sebesar itu? Mengapa ada batas maksimal simpanan dan mengapa sebesar itu? Demikian pula dengan produk pinjaman.

Salah satu materi dalam Pendidikan Dasar adalah Usaha Produktif Anggota. Pada materi Usaha Produktif, peserta diminta untuk mengamati dan menganalisa 3 jenis usaha yang berhasil dan 3 jenis usaha yang gagal di wilayahnya. Setiap peserta diwajibkan untuk menyampaikan hasil pengamatannya. Maksudnya adalah, agar peserta diperkenalkan dengan kebiasaan untuk berpikir lebih strategis dulu sebelum melangkah membuat usaha baru. Hasil dari diskusi ini ingin menekankan bahwa sangat penting untuk berpikir sebagai pengusaha bukan pedagang yang hanya usaha sesuai dengan selera sendiri dan bukan menjawab permintaan pasar. Umumnya peserta Pendidikan Dasar lalu menyadari bahwa sangat penting mengenali pasar dan lebih penting lagi tidak hanya belajar dari yang sukses tetapi juga dari yang gagal.

Di akhir pelatihan, para peserta diminta untuk membuat rencana tindak lanjut. Pertanyaan pancingannya adalah: Perubahan apa yang akan dilakukan setelah mengikuti Pendidikan Dasar? Kapan mau mulai menabung, berapa besarnya, dan caranya bagaimana? Siapa yang mau diajak untuk ikut ber-CU? Pelatihan apa yang dibutuhkan/diusulkan? Akan bergabung ke Kelompok Bina Usaha apa?

Financial Literacy
Pendidikan Financial Literacy CU
Financial Literacy (FL) merupakan pelatihan untuk membentuk kecakapan finansial para anggota CU sehingga mereka mampu mengatur keuangan mereka untuk memastikan tujuan-tujuan keuangan yang penting dapat terpenuhi di sepanjang perjalanan hidup mereka. Pelatihan ini terdiri dari 8 sesi, masing-masing dengan tujuan sebagai berikut: (1) Anggota setuju dan menginternalisasi misi CU: menolong orang untuk menolong dirinya sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan menjadi anggota CU, peserta menjadi bagian dari komunitas yang berkomitmen untuk bersama orang lain meningkatkan kualitas hidup. (2) Anggota dapat menganalisis produk dan pelayanan CU sebagai solusi bagi masalah keuangannya atau keperluan pada setiap tahap kehidupannya. (3) Anggota dapat mempelajari bahasa penciptaan kekayaan dan menerapkan alat-alat dalam penciptaan kekayaan. (4) Anggota dapat memahami dengan jelas dan melaksanakan aturan manajemen keuangan perorangan. (5) Anggota dapat menemukan cara-cara praktis untuk menyimpan uang dan mempraktikkannya. (6) Anggota dapat memahami pentingnya kebutuhan untuk dana taktis/darurat dan memulai menciptakannya. (7) Anggota dapat mengenali dan merencanakan tahap-tahap kehidupan. (8) Anggota memiliki keterampilan dalam membuat anggaran belanja rumah tangga.

Sebelum masuk ke dalam sesi, ada kesaksian dari anggota yang sudah merasakan manfaat ikut diklat FL, entah anggota yang menjadi terbantu sehingga bisa meningkatkan aset (tanah, rumah, tabungan) atau kemudian menjadi berhasil membuka usaha yang memberikan sumber pendapatan baru.

Di akhir sesi, para peserta diminta membuat rencana tindak lanjut (RTL). Sebelumnya fasilitator memberikan contoh-contoh konkret RTL yang menarik. Misalnya, sebagai RTL, Ketua Pengurus CUAL mengadakan lomba mengumpulkan uang receh untuk seluruh anggota keluarga dan yang kalah menyerahkan semua uang recehnya kepada yang menang. Ada juga anggota yang sekaligus Komite Pemberdayaan memiliki RTL menabung sesuai tanggal dalam sebulan: seribu untuk tanggal 1, dua ribu untuk tanggal 2, dan seterusnya sampai 30 ribu untuk tanggal 30 atau 31 ribu untuk tanggal 31.

Kebetulan sudah ada penelitian di CUAL yang dilakukan oleh dosen STIE Rajawali terhadap 75 responden anggota CUAL yang sudah mengikuti pendidikan sampai FL. Penelitian tersebut melaporkan adanya peningkatan aset yang signifikan dan peningkatan tanggung jawab sosial mereka di masyarakat. Meskipun sedang dalam proses penelitian, sudah ada laporan lisan dari para anggota pasangan suami-istri yang kedua-duanya sudah ikut FL. Mereka melaporkan adanya peningkatan aset baik berupa tanah, bangunan, atau tabungan yang lumayan besar. Sebagian juga melaporkan adanya kemajuan di bidang usaha secara nyata. Meskipun menghadapi kendala dalam kehidupan keluarga, keduanya dengan kompak menyikapi kendala tersebut dengan cara yang sudah sangat berbeda dengan sebelum mereka ikut FL.

Pendidikan Prakredit
Tujuan CU adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anggota. Pemberian pinjaman juga tidak boleh menyimpang dari tujuan ini. CU berkewajiban untuk memastikan bahwa pinjaman yang diberikan kepada anggota benar-benar akan meningkatkan kualitas hidup mereka. Oleh sebab itu, CUAL mewajibkan setiap anggotanya yang akan mengajukan pinjaman untuk mengikuti pendidikan Prakredit yang diselenggarakan dua kali dalam seminggu.

Pendidikan Prakredit merupakan kesempatan bagi CU untuk memastikan bahwa anggota benar-benar memahami bagaimana misi CU diaplikasikan di dalam praktik pemberian pinjaman. Anggota diajak me-review kembali dasar filosofis penciptaan produk simpanan dan pinjaman, diajak memahami neraca CU yang menegaskan bahwa CU adalah milik anggota dan semua anggota bertanggung jawab untuk mencapai tujuan CU dan mewujudkan misi CU, diajak mengerti cara menilai kualitas pengajuan pinjamannya berdasarkan analisis 5C, cara menghitung angsuran pinjaman, menghitung denda kalau terjadi kelalaian, dan apa yang harus dilakukan kalau sadar dirinya akan mengalami kelalaian sebagai bentuk pertanggungjawabannya sebagai anggota.

Dengan Pendidikan Prakredit ini anggota diajak memahami kondisi CU dan kondisi dirinya secara lebih baik. Diharapkan anggota akan semakin tahu cara menilai diri sendiri sebelum mengajukan pinjaman dan memastikan bahwa pinjaman tersebut benar-benar akan semakin meningkatkan kualitas hidupnya dan bagaimana ia sebagai peminjam ikut terlibat di dalam memajukan lembaga yang pada gilirannya akan berdampak pada kemajuan semua anggota. Jadi yang ditekankan dalam Pendidikan Prakredit pun bukan soal angka-angkanya melainkan soal nilainya.

Pendidikan Wirausaha
Rencana Tindak Lanjut yang dibuat anggota pada saat Pendidikan Dasar dan Pendidikan Financial Literacy bisa menjadi masukan bagi lembaga pelatihan apa saja yang perlu dibuat di CU. Pelatihan-pelatihan teknis kewirausahaan perlu dibuat untuk menumbuhkan semangat berwirausaha. Pelatihan-pelatihan tersebut akan membuka wawasan anggota untuk mulai melihat kemungkinan usaha uang mungkin akan digelutinya. Ada dua alternatif pengadaan pelatihan. Pertama, CUAL mengadakan pelatihan sendiri dengan mengundang pakar sebagai fasilitator. Pakar bisa diambil dari anggota yang memiliki kemampuan yang relevan di bidangnya. Jika dari kalangan anggota tidak ada pakar yang mumpuni, fasilitator bisa diambilkan dari luar anggota. Kedua, CUAL mengikutsertakan anggota pada pelatihan yang dibuat oleh lembaga lain.

Kendala di Bidang Pendidikan
Karena dulu pada awalnya anggota dapat masuk tanpa melalui Pendidikan Dasar, anggota lama yang belum paham pentingnya pendidikan sulit untuk diajak mengikuti pendidikan. Walaupun setelah ikut rata-rata mengatakan menyesal karena tidak ikut dari dulu-dulu. Kendala lainnya adalah masih ada gap kemampuan fasilitator baik dalam kemampuannya untuk memotivasi peserta maupun dari sisi pengetahuannya mengenai perkembangan terkini. Sebagai solusi, dilakukan penyegaran fasilitator baik Pendidikan Dasar maupun Financial Literacy.

DISPLAI PRODUK ANGGOTA

Langkah pemberdayaan anggota dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Kehadiran kantor layanan CU menjadi titip pertemuan banyak orang yang ingin melakukan transaksi baik menyimpan maupun meminjam. Orang yang berkumpul memiliki potensi pasar yang besar. CUAL memberi ruang kepada para anggota untuk memajang produknya di kantor pelayanan. Maksud awalnya adalah agar anggota dapat menjual barangnya sehingga dapat menabung atau mengangsur pinjaman di CU.

Displai Produk Anggota
Sejak berdiri, CUAL sudah menyediakan meja sederhana bagi anggota untuk menitipkan barang dagangan. Awalnya ada anggota yang biasa jualan di sekolah tetapi sekolah tersebut sedang direnovasi sehingga ia tidak bisa jualan. CUAL memberikan solusi baginya dengan menyediakan meja untuk memajang nasi bungkus dan kacang bawang.

Melihat hal itu, anggota-anggota lainnya terpancing untuk ikut titip barang. Ada yang titip VCO, beras, burger, buku, roti tawar, dll. Respons anggota lain sangat baik. Rata-rata barang dagangan selalu terjual terutama yang sifatnya tidak awet (makanan yang cepat basi). Staf juga diharuskan membeli. Sistem pembayaran dengan masuk ke tabungan harian anggota yang menitipkan dagangan.

Ternyata langkah sederhana ini menjadi pemicu yang baik. Melihat displai produk anggota lain, anggota yang belum punya usaha tetapi punya potensi juga ingin melakukan hal yang sama. Lama-lama barang yang didisplai jadi sangat variatif. Mulai dari kebutuhan sehari-hari yang sederhana seperti: jajanan sehari-hari dan makanan kecil (nasi bungkus, mi bungkus, kacang bawang, berbagai macam keripik dan rempeyek, dll), sembako (beras organik, gula merah, gula aren, mi instan sehat, minyak goreng alami, kaldu sehat, dll), produk kesehatan herbal (kapsul kelor, teh herbal, teh manggis, minyak virgin oil, dll), pakaian dan sandang (batik, lurik, hasil tenun anggota, setagen, kaos, dll), dan barang-barang lain yang mencakup kebutuhan dasar sehari-hari sampai kebutuhan sekunder.

Perkembangannya sangat bagus. Selain dari jumlah dan ragam komoditas yang bertambah, banyak anggota yang menjadi pembeli fanatik dan hanya membeli barang-barang tertentu di kantor CUAL. Sejak awal dampaknya sudah sangat signifikan terutama dari sisi kesadaran bahwa sebenarnya kita punya kekuatan kalau saling menopang. Beberapa anggota bahkan keluar dari kesulitan ekonomi sejak rutin menitipkan dagangan di CUAL bukan karena nominal uang yang diterima besar tetapi karena uang tersebut langsung masuk tabungan. Sehingga yang biasanya langsung habis dibelanjakan sedikit demi sedikit punya pola kebiasaan baru menabung.

Dari tujuan awal menolong anggota yang sedang menghadapi kesulitan, displai produk anggota ini kini menjadi sebuah gerakan dengan kesadaran baru, semangat solsidaritas untuk “nyugihke kancane dewe” (memperkaya teman sendiri).

Praktik wirausaha sederhana ini juga menjadi pelajaran yang berharga bagi anggota. Beberapa barang tidak terlalu laku, entah karena kurang menarik atau karena memang tidak dibutuhkan oleh anggota. Dari sini anggota memperoleh pembelajaran yang berharga. Mereka harus menyediakan barang yang dibutuhkan pasar.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari praktik sederhana ini.

1. Mempraktikkan prinsip saling menolong satu sama lain dengan berbelanja produk milik sesama anggota sehingga saling memberdayakan satu sama lain atau dengan kata lain “membuat kaya teman sendiri”.
2. Menyediakan barang kebutuhan sesama anggota
3. Memberikan ruang bagi anggota untuk dapat menjual produk/barangnya sehingga bisa menabung atau membayar angsuran.
4. Memberikan inspirasi kepada anggota yang belum memiliki usaha tetapi memiliki potensi untuk mulai segera berpraktik berwirausaha dengan melengkapi barang/produk yang belum terpajang di displai.
5. Melatih jiwa entrepreneurship para anggota.
6. Dengan menerapkan sistem pembayaran langsung masuk simpanan harian, CU dapat “memaksa” anggota untuk menabung dengan menitipkan barangnya di displai produk anggota.
7. Demikian pula CU dapat membantu anggota yang mengalami kesulitan untuk membayar angsuran pinjaman dengan menitipkan barang di displai produk anggota sehingga setiap kali produknya laku bisa langsung dimasukkan sebagai angsuran.
8. Membuka kesadaran kepada anggota bahwa mereka memiliki potensi riil untuk bekerja sama saling tolong-menolong sehingga membentuk sebuah kekuatan bersama mencapai kemandirian dan kedaulatan ekonomi yang membebaskan dan tidak lagi bergantung kepada kekuatan-kekuatan kapitalisme yang selama ini menjerat dan menguasai mereka.

PEMENUHAN SEGALA KEBUTUHAN CU DARI ANGGOTA
Langkah lain untuk memberdayakan anggota adalah CU membuat kebijakan agar semua kebutuhan CU dipenuhi dari anggota, seperti misalnya pencetakan segala buku dan slip, pembangunan kantor, mebel kantor, pemeliharaan komputer, pemeliharaan listrik, dan lain-lain.

Kebutuhan konsumsi
Salah satu kebutuhan dalam kegiatan CU adalah kebutuhan konsumsi atau kebutuhan akan makanan. Berikut ini beberapa contoh kebutuhan konsumsi kegiatan CU yang bisa dipenuhi oleh produk anggota.

1. Kebutuhan konsumsi karyawan
Selain hal ini membantu usaha dan ekonomi anggota, keuntungan lainnya adalah kualitas makanan yang didapatkan benar-benar bisa dijaga dalam kisaran harga yang terjangkau. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi karyawan harian kemungkinan tidak akan meningkatkan omset harian secara signifikan, tetapi karyawan CU dapat ikut mempromosikan dan memberikan kesaksian akan produk makanan anggota yang pada akhirnya bukan mustahil akan memberikan dampak yang signifikan kepada usaha anggota.

2. Kebutuhan konsumsi rapat-rapat
Kebutuhan konsumsi rapat-rapat yang rutin akan sangat membantu anggota untuk mendapatkan sedikit tambahan penghasilan. Kebutuhan yang rutin ini juga dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi masalah keuangan anggota yang kesulitan mengangsur pinjaman, misalnya, atau kesulitan menabung dengan sistem pembayaran langsung dimasukkan ke simpanan atau langsung digunakan untuk menambah angsuran pinjaman anggota.

3. Kebutuhan konsumsi RAT dan Ulang Tahun CU
Beberapa peristiwa penting seperti RAT dan ulang tahun CU membutuhkan konsumsi dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan tersebut dapat ditawarkan kepada beberapa anggota yang mampu melayani kebutuhan kuliner dalam jumlah yang besar agar mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan manfaat langsung dari keanggotaan mereka di CU dengan dibukakan pasar. Ketika data usaha anggota sudah terdokumentasi dengan baik, lembaga juga dapat membuat jadwal giliran kepada para anggota yang memiliki usaha kuliner agar semuanya bisa merasakan manfaat kehadiran CU di dalam kehidupan mereka.

4. Kebutuhan konsumsi saat pendidikan
CU yang benar selalu memberikan prioritas utama kepada pendidikan. Ada Pendidikan Dasar, Pendidikan Financial Literacy, dan pendidikan lanjutan lain yang selalu membutuhkan konsumsi. Lembaga dapat membuat jadwal pendidikan tersebut dan berapa anggaran konsumsi yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan tersebut dan para anggota bisa memberikan penawaran terbaik mereka demi kelancaran kegiatan tersebut.

JARINGAN PASAR ANTARANGGOTA
Displai produk anggota dan memesan konsumsi untuk kegiatan CU kepada anggota telah melahirkan semangat “nyugihke kancane dhewe” (membuat kaya teman sendiri). Semangat ini tidak hanya berhenti pada pemenuhan kebutuhan konsumsi tetapi kepada hampir semua kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh sesama anggota CU. Punya kebutuhan apa pun mencari pemenuhannya terlebih dahulu dari sesama anggota CU sebelum terpaksa mencari di luar kalau tidak bisa dipenuhi oleh anggota CU.

Pemenuhan kebutuhan pokok (beras, minyak, gula, dll), kebutuhan pertukangan, percetakan, pembangunan, mebeler, pemeliharaan komputer, dan segala kebutuhan lainnya diupayakan dari sesama anggota CU. Semakin banyak jenis kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh sesama anggota CU, semakin nyata para anggota saling memberdayakan satu sama lain. Dengan demikian terbentuklah sebuah jaringan pemasaran antaranggota

Seandainya banyak kebutuhan anggota CU bisa didata dan dihitung serta dikoordinasikan pemenuhannya, para pedagang kelontong bisa berbelanja bersama dalam jumlah besar sehingga bisa memperoleh harga kulakan yang lebih murah, para anggota dapat memperoleh barang dengan harga yang lebih murah. Harapannya semua kebutuhan anggota ke depan dapat dipenuhi dari sesama anggota CU.

JARINGAN KOMUNIKASI MELALUI GRUP MEDIA SOSIAL
Pelatihan online marketing
Jaringan pemasaran antaranggota dapat terbentuk jika didukung oleh jaringan komunikasi. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, cara berkomunikasi sudah sangat dipermudah oleh berbagai aplikasi media sosial seperti WhatsApp, Telegram, Facebook. CUAL memiliki grup WA KomunitasCUAL JoKementhus dan grup Facebook CU Angudi Laras.

Grup ini bisa memiliki beberapa manfaat, seperti:
1. Menyebarkan kebijakan CU atau informasi penting mengenai CU kepada anggota:
a. Informasi kebijakan baru
b. Informasi jadwal pendidikan
c. Informasi jadwal pertemuan lainnya
d. Informasi kebutuhan lembaga yang mungkin bisa dipenuhi oleh anggota
e. Informasi kebutuhan staf atau lowongan kerja di CU
2. Menjadi ajang diskusi dan pendalaman pengetahuan CU. Seorang anggota boleh menanyakan suatu hal mengenai kebijakan CU dan anggota lain atau pengurus atau manajemen bisa memberikan penjelasan atau klarifikasi.
3. Anggota bisa menawarkan produknya
4. Anggota bisa menginformasikan kebutuhan akan produk yang sedang dibutuhkannya

Yang harus diwaspadai
Kesadaran masing-masing anggota belum sama. Hal ini dapat memunculkan pesan atau postingan yang tidak produktif, tidak relevan, bahkan merugikan CU. Beberapa kemungkinan dampak buruk tersebut adalah:

1. Ada anggota yang berbagi berita bohong (hoaks)
2. Ada anggota yang berbagi berita yang tidak relevan dengan CU (analisa politik, informasi keagamaan tertentu, dll).
3. Kadang ada juga anggota yang mengkritisi kebijakan CU secara tidak semestinya yang kalau tidak diatasi dengan tepat akan memengaruhi secara negatif anggota lain yang pengetahuan tentang CU-nya masih pas-pasan. Diskusi yang bisa muncul dari postingan semacam ini bisa menjadi sangat liar dan tidak terkontrol dan bisa jadi merugikan CU.

Admin atau aktivis CU harus bijaksana di dalam menyikapi semua dampak negatif ini. Tindakan yang tepat harus dilakukan agar dampak negatifnya bisa dikurangi atau ditiadakan. Kadang seorang aktivis (pengurus/pengawas/manajemen) harus mengirimkan pesan secara pribadi kepada yang bersangkutan untuk memberikan klarifikasi dan penjelasan seperlunya. Kadang aktivis juga harus menemui secara pribadi anggota yang memulai diskusi secara tidak pas dan memberikan pemahaman sehingga yang bersangkutan bisa lebih memahami kebijakan CU.

Selain itu, sejak awal perlu dibuat aturan yang ketat yang disepakati bersama berkaitan dengan jenis dan isi yang boleh diunggah di grup. Jika tidak dibuat rambu-rambu yang jelas, dampak-dampak negatif sebagaimana disebutkan di atas bisa tak terhindarkan di grup media sosial kita.



PEMBENTUKAN KELOMPOK BINA USAHA (KBU)
Kelompok Usaha Kerajinan
Kelompok ini dimulai dari pelatihan rajut yang difasilitatori oleh salah satu anggota yang sering posting hasil kerajinannya. Pertemuan mereka awalnya disubsidi CU tetapi sesudah itu mereka membuat pertemuan-pertemuan mandiri. Setiap kali pertemuan, mereka menyepakati pekerjaan rumah (PR) untuk dikerjakan. Nah dengan adanya PR ini mereka terdorong untuk melakukan pertemuan rutin. Mereka membentuk struktur organisasi dengan menunjuk ketua, sekretaris, bendahara dan pendamping teknis (pelatih).

Kegiatan Merajut
Mereka mengikuti pameran-pameran dengan bekerja sama dengan kelompok rajut lain, melakukan belanja benang bersama, melakukan iuran untuk uang meja dan kas. Mereka merasa perlu untuk membuat pertemuan rutin agar ilmu yang sudah dipelajari tidak hilang tetapi selalu diasah satu sama lain dan bisa berkembang.

Melihat perkembangan yang bagus ini CU Angudi Laras selalu mempromosikan kelompok ini dalam setiap kesempatan pendidikan yang diselenggarakan. Dengan promosi ini masuklah anggota-anggota baru ke dalam kelompok ini.

Sekarang ini mereka ada pada tahap membentuk kelompok usaha bersama dan membuat toko perlengkapan rajut di Purworejo agar tidak selalu ke kota Yogyakarta untuk belanja perlengkapan. Pembentukan usaha bersama ini dibiayai dengan sistem pinjaman tanggung renteng.

Kelompok Usaha Bersama yang dinamai Karya Jemari ini berencana tidak hanya menekuni rajut saja tetapi akan meluas ke jenis kerajinan lainnya dengan membentuk sub-KBU. Salah satunya adalah Kelompok Batik.

Kelompok Kuliner
Pembentukan kelompok ini bisa didahului dengan pengadaan pelatihan atau mengikutsertakan anggota atau aktivis ke pelatihan kuliner yang diselenggarakan oleh lembaga atau CU lain. Sebelumnya ada kesepakatan bahwa anggota yang ikut pelatihan diminta membuat rencana tindak lanjut salah satunya untuk berbagi ilmu yang didapatkannya kepada anggota lainnya.

CU kemudian mengoordinasikan pertemuan selanjutnya dengan menunjuk peserta pelatihan sebelumnya sebagai fasilitator. Lembaga menentukan tempat dan waktu serta mengundang anggota yang berminat. Lembaga bisa menanggung biaya fasilitator dan anggota bisa diminta untuk membawa bahan-bahan yang dibutuhkan sehingga pelatihan ini bisa dilaksanakan secara gratis. Di akhir pertemuan harus dibuat RTL bersama yang mencakup jadwal pertemuan selanjutnya. Peserta juga diminta membuat RTL pribadi yang kemungkinan berupa praktik penerapan menu di rumah atau memulai berjualan produk makanan terkait. Akhir dari pelatihan ini hasil olahan bisa dimakan bareng-bareng sehingga semakin mengakrabkan satu sama lain.

Praktik ini ternyata menimbulkan kerinduan untuk tetap belajar dan berkumpul untuk mempelajari resep yang lain. Selain untuk menjaga minat dan gairah para peserta, dengan resep-resep yang berbeda-beda ini setiap peserta akhirnya akan memiliki kekayaan pengetahuan resep yang cukup banyak yang tentu bermanfaat untuk memperkaya menu keluarga maupun semakin merangsang minat untuk berwirausaha.

Selain belajar resep, juga disampaikan cara menghitung HPP (harga pokok produksi) sehingga saat mereka mau berjualan tahu berapa harus menentukan harga. Pengayaan dari sisi bisnis ini akan membantu peserta untuk mulai beralih tidak hanya sekadar hobi melainkan mulai memikirkan sisi bisnisnya.

Kerinduan untuk selalu bisa berkumpul terjadi karena yang dirasakan tidak sekedar dapat ilmu tetapi juga kebersamaan dengan anggota yang lain. Kebersamaan ini merupakan nilai yang terpenting sehingga pelatihan ini tetap berjalan sampai sekarang (sudah masuk tahun kel-5) dan membuat anggota solid bahkan ingin membuat usaha bersama.

CUAL selalu mengusahakan agar fasilitator diambil dari antara para anggota. Hal ini sekaligus akan mendorong anggota untuk menggali kemampuan dan potensinya serta lambat laun akan melatih mereka keterampilan baru bagaimana menularkan keahlian mereka kepada orang lain. Ada kalanya perlu untuk melakukan studi banding ke luar agar tidak bosan dan untuk mencari pengalaman dan wawasan baru.

Kerja Sama dengan Berbagai Mitra
Untuk mendorong kelompok kuliner ini lebih lanjut, CU menjalin kerja sama dengan berbagai mitra, misalnya dengan Dinas UMKM dan dari perguruan tinggi. Dinas UMKM bisa memberikan penjelasan syarat-syarat pengurusan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pengalaman CU Angudi Laras, berkat kerja sama dengan dinas ini, beberapa anggota yang memiliki usaha kuliner sekarang sudah mengantongi izin PIRT. Selain masalah perizinan, dinas juga bisa memberikan pelatihan yang mendukung usaha kuliner, seperti pelatihan pengemasan yang baik.

Spinner
Beberapa perguruan tinggi memiliki perhatian pada pengembangan kewirausahaan. Seperti STIE Rajawali di Purworejo, misalnya. CU Angudi Laras menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi ini yang kebetulan memiliki perhatian di bidang pengembangan kewirausahaan. Kebetulan pula, salah satu anggota komite pemberdayaan adalah dosen di perguruan tinggi ini.

Sasaran kerja sama yang dibentuk antara CU Angudi Laras dan STIE Rajawali tidak terbatas pada anggota CU tetapi termasuk yang bukan anggota. Kedua lembaga ini sepakat untuk melakukan pendampingan kewirausahaan kepada masyarakat Purworejo. Bentuk kerja samanya berupa pendampingan melalui program IBM (Iptek Bagi Masyarakat) dan PBBT (Program Belajar Bekerja Terpadu) yang merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat dari Kemenristek Dikti. Kontribusi CUAL berupa Pelatihan Financial Literacy bagi semua penerima program IBM (termasuk yang bukan anggota CU).

Program IBM dan PBBT berupa program magang mahasiswa di UKM, yakni KBU Satu Hati. KBU Satu Hati memproduksi makanan ringan berbahan dasar potensi lokal kabupaten Purworejo, seperti pencok kimpul lombok ijo, kripik belut daun singkong, teh rosela, pisang cokelat (picok), dan lain-lain. Pemberdayaan yang dilakukan STIE Rajawali terhadap KBU tersebut adalah: 1) pelatihan perbaikan produksi mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan cara pengolahan, 2) pemberian fasilitas peralatan berupa spinner, komputer lengkap dengan printer, vacum sealer, 3) pengembangan kemitraan, 4) pelatihan pembukuan (administrasi usaha), 5) perbaikan pemasaran melalui pemberian nama merek dan perbaikan kemasan serta optimalisasi media sosial, 6) penguatan kelembagaan dengan membentuk kelompok bina usaha, KBU Satu Hati (sebelumnya bersama Paguyuban Kuliner CUAL).

Sebagai bagian dari program ini, STIE Rajawali juga menghubungkan kelompok usaha ini dengan kelompok yang sudah, yakni KUB Bahtera (di luar CU) yang memiliki usaha pengolahan makanan. Kelompok ini memiliki berbagai jenis usaha pengolahan pangan. Salah satu anggota kelompok usaha binaan ini pernah menjadi pemenang nasional pengolahan perikanan (Abon lele).

Dengan suntikan pengetahuan dari lembaga mitra dan jaringan pemasaran antaranggota di CU Angudi Laras, ada 5 anggota yang usaha kulinernya menjadi sangat dipercepat kemajuannya. Omset mereka meningkat dengan cara berbisnis yang lebih baik. Mereka menjadi sadar akan pentingnya pengetahuan baru di dalam memajukan usaha mereka. Pengetahuan baru itu tidak hanya didapat dari instansi mitra tetapi juga sering muncul pada saat sharing dan diskusi bersama di dalam pertemuan-pertemuan rutin mereka. Pertemuan-pertemuan rutin itu ternyata sering memunculkan ide-ide baru yang cukup cemerlang untuk memajukan usaha mereka. Kelima anggota ini sekarang kewalahan melayani permintaan yang datang dari sesama anggota CU Angudi Laras. Mereka menjadi haus akan pengetahuan baru sehingga kelompok kuliner ini menjadi sangat gampang diajak untuk terlibat di dalam kegiatan pendidikan apa pun di CU.

Hasil nyata dari kerja sama ini, KBU Satu Hati sudah berhasil membuat kemasan yang membuat produknya layak dipasarkan di toko besar dan dipasarkan secara online. Bahkan salah satu produknya berhasil di-report oleh Kemenkopukm (Akun Resmi Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.

KOMUNITAS JO KEMENTHUS
Sebuah Model Pemberdayaan di Bidang Usaha
Nama Jo Kementhus (bahasa Jawa) berarti jangan sombong, sebagai simbol perlawanan terhadap rasa Kementhus orang yang nyaman dengan kondisi di saat ini dan kurang mau berusaha lebih.

Seminar Wirausaha
Awal dari terbentuknya komunitas ini adalah adanya seminar Kewirausahaan dengan pemateri Ahmad Najib Wiyadi, M.Ag. Ahmad Najib Wiyadi adalah seorang praktisi wirausaha dengan pengalaman di berbagai bidang usaha mulai dari penjualan pupuk, tanaman hias, tanaman buah, tanaman keras, sepeda, bengkel, dealer, kolam renang, properti, makelar, jual beli barang bekas, jualan pulsa, ikut tender pemerintah, dan lain-lain. Hampir semua bidang usaha perdagangan pernah dijalaninya. Kebiasaan untuk mengamati iklan di koran sampai usaha-usaha yang berjajar di sepanjang jalan membuatnya peka terhadap peluang usaha yang kemungkinan berhasil. Pengalaman jatuh bangunnya di banyak bidang usaha membuatnya memiliki pengalaman yang sangat berharga untuk dibagikan.

Hal itu mendorongnya untuk membuat kelas wirausaha yang dinamai Makaryo.

Banyak orang dari banyak kalangan dan institusi sudah merasakan manfaat gemblengan di sekolah Makaryo. Ia selalu memastikan bahwa setiap orang yang datang ke sekolah Makaryo membuat rencana tindak lanjut pribadi yang digali secara mendetail olehnya sebelum mereka pulang meninggalkan kelas. Ia tidak segan-segan membantu dengan memberikan pendampingan kepada para peserta yang serius mengembangkan usaha.

Beliau juga banyak diundang untuk memberikan pelatihan wirausaha oleh berbagai instansi. Beliau juga digandeng beberapa dinas dan organisasi kemasyarakatan dan politik untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan di berbagai bidang.

Dengan kedalaman dan keluasan pengalaman tersebut, didukung oleh pengalaman nyatanya dalam memanfaatkan CU untuk melejitkan usahanya, Wiyadi mampu memberikan materi tentang kiat-kiat berwirausaha yang berdasarkan praktik nyata bukan hanya sekadar teori. Ia sudah melakukannya sendiri dalam kesehariannya sehingga bisa berbagi pengalaman yang sangat berharga. Bahasa yang dipakai juga unik dan sangat provokatif sehingga sangat efektif membangkitkan minat wirausaha.

Ada sekitar 50 orang anggota yang ikut seminar ini. Di akhir seminar, fasilitator menantang peserta untuk serius meneruskan langkah ini dengan mengundang mereka untuk magang selama dua di Sekolah Makaryo di Yogyakarta.

Magang Wirausaha
Magang Wirausaha
Sebanyak 24 orang dari peserta seminar tertantang untuk menangkap momentum dan bertekad untuk melanjutkan sesi seminar itu dengan magang selama 2 hari di sekolah Makaryo di Yogyakarta. Dalam magang selama dua hari inilah istilah Kementhus muncul sehingga untuk selanjutnya kelompok ini menamai diri dengan istilah Jo Kementhus.

Hasil dari magang selama dua hari ini banyak peserta yang membuka usaha baru dan ada juga yang sudah memiliki usaha sebelumnya kemudian dapat melakukan perbaikan cara pengelolaan usahanya terinspirasi cara kerja sang mentor. Pelajaran terpenting dari magang tersebut adalah terbentuknya pola pikir usaha yang baru yaitu usaha berbasis peluang.

Gerakan Kulakan Bareng
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan magang, beberapa peserta sepakat untuk melakukan kulakan barang bareng di Pasar Grosir Surabaya. Acara ini untuk mengasah ketajaman peserta di dalam melihat peluang yang ada khususnya di bidang distribusi atau perdagangan.

Hasil dari Gerakan ini
Hasil yang terlihat atau peningkatan ekonomi atau usaha secara nyata tidak sepenuhnya sama antaranggota. Ada yang sudah memulai usaha dan kemajuan usahanya sangat pesat. Ada yang masih berada di tataran wacana. Tetapi semua itu kembali ke personal dan komitmen masing-masing. Tetapi paling tidak cara berpikir anggota yang sudah mengikuti magang jauh lebih peka terhadap peluang. Mereka lebih bisa menangkap peluang dan take action.

Kesadaran untuk berkomunitas
Hasil yang paling signifikan dari semua upaya ini selain terbentuknya wirausaha-wirausaha baru adalah kesadaran baru bahwa kekuatan yang paling keren itu adalah komunitas. Dengan berkomunitas, terbentuk pasar baru, sharing ilmu dan sharing peluang.

Menuju Jaringan Usaha Lebih Luas
Sampai saat ini sudah terjadi 4 (empat) kali magang di Sekolah Makaryo dan bahkan yang terakhir sudah diikuti oleh 3 CU lain dalam jaringan BKCU Kalimantan. Diharapkan kegiatan ini tidak sekadar menjadi inkubator usaha baru tetapi juga menuju kepada terbentuknya jaringan usaha antaranggota antar-CU.

Profil Anggota
Sri Rejeki (47 tahun). Menjadi anggota CUAL sejak 18 Juli 2013 dengan nomor keanggotaan 0054000. Memiliki 2 putra, pertama laki-laki dan berwirausaha di Jakarta; yang kedua masih sekolah di SMA kelas 3. Suami bekerja di RSU Dr. Citrowardoyo Purworejo. Ibu yang lebih dikenal dengan sapaan Bude Jeki ini sudah sangat merasakan manfaat CU. Ia merasakan bahwa CU bukan sekadar memberikan layanan simpan pinjam, melainkan lebih memberikan pemberdayaan. Sebelum menjadi anggota CU, ia tidak bisa dagang. Sekarang keterampilannya bertambah. Ia mengikuti banyak pelatihan: pelatihan kuliner, pemasaran online (menggunakan HP Android), Pendidikan Dasar, Financial Literacy, pelatihan perbaikan kemasan, dan pelatihan perbaikan kualitas produk. Semua itu bisa diikutnya berkat CU. Berkat CU pula, ia telah mengantongi PIRT.

Bude Jeki dulunya bekerja. Namun, sesudah terbakar oleh bukunya Ippho Santosa, mulai Januari 2014 ia mengundurkan diri sebagai karyawan dan memulai usaha sendiri. Dengan berbekal pinjaman dari CU, ia membuka warung kelontong. Selain itu, ia membuat peyek rebon, peyek kacang, stik bawang, kacang bawang, emping kirut, kue kering (untuk memenuhi kebutuhan arisan dan terutama di hari raya). Untuk pemasaran, selain melalui jaringan pemasaran antaranggota via grup WA, ia juga menjalin kerja sama dengan Puskesmas dan Sekolah TK. Dari Puskesmas ia mendapat pesanan sebulan sekali dan dari TK ia diminta membuatkan makanan tambahan esemu (enak, sehat, murah) setiap seminggu sekali. Kini selain memenuhi kebutuhan setempat, produknya sudah menembus pasar nasional.

CU juga mengajarkannya untuk mencintai lingkungan. Ia memanfaatkan limbah produksinya secara ramah lingkungan. Limbah plastik kemasan minyak digunakannya sebagai pot untuk menanam sayuran. Limbah rebon dimanfaatkannya sebagai campuran pakan ternak ayam dan bebek yang dipeliharanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Selain itu ia juga membelikan kambing untuk ayah mertuanya agar tetap memiliki kegiatan rekreatif dan produktif di masa tuanya.

Dari usahanya ini ia mengaku dapat mengantongi tambahan penghasilan sebesar delapan ratus ribu sampai satu juta rupiah setiap bulannya. Dari hasil usahanya ini, ia telah berhasil merenovasi rumahnya, yang dulunya rumah bambu sekarang sudah rumah bertembok batu bata. Renovasi pertama di tahun 2017 dan kedua di tahun 2018 (finishing). Rumahnya sekarang sudah jauh lebih nyaman dan bersih, dilengkapi dengan perabot kursi tamu yang juga dibelinya dari hasil usahanya ini. Selain itu, ia juga mampu membeli sepeda motor Beat.

Menjadi anggota CU ia merasa diwongke. Ibarat biji yang ditanam, ia merasa disirami, dipupuk, dan akhirnya berkembang. Tuwuh, ngremboko, munpangati. Dulu tidak pernah bisa menabung, sekarang sudah memiliki 4 jenis tabungan: Siharta (tabungan hari tua), Sibendi (tabungan harian), Samekto (tabungan pendidikan), Makaryo (tabungan produktif). Sudah tiga kali ia meminjam ke CU, untuk membeli tanah, untuk membeli kambing, dan untuk membuka usaha. Berkat CU ia merasa lebih percaya diri, lebih mantap kalau ngomong. Ia sekarang sering diminta untuk menjadi pengisi acara di radio Mitra FM dalam acara pelatihan kuliner sebagai asisten training.

Semenjak menjadi anggota CU, ia merasakan peningkatan kesejahteraan keluarganya meningkat pesat. Ia merasakan keluarganya lebih sehat, lebih bahagia, lebih semangat, dan lebih harmonis. Ia berharap CU bisa mencetak orang-orang yang hebat, sukses, tidak hanya menjadi anggota tetapi semakin berdaya dengan memanfaatkan semua fasilitas CU. Ia juga berharap agar di sisa hidupnya, ia dapat lebih bermanfaat bagi orang lain, bisa menularkan pengalaman baiknya kepada orang lain.

Kuat Raharjo. Contoh bagaimana kehadiran CU sangat membantu dalam memberdayakan anggota dapat dilihat pada diri Kuat Raharjo. Berkat pinjaman dari CU, suami Setyowati Artiningsih ini mampu melipatgandakan usaha ternah ayam potongnya. Menggeluti peternakan ayam sejak tahun 2000, bapak dengan dua anak ini memulai usaha peternakan ayam pedagingnya hanya dengan 100 ekor. Kegigihan usahanya telah membawanya mampu memelihara 2500 ekor sebelum ia bergabung dengan CU. Kini ia sudah memiliki 5 kandang dengan kapasitas total sebanyak 14.500 ekor.
Pak Kuat Raharjo di samping kandang ayamnya.


Pada awalnya Kuat Raharjo menjalankan usahanya secara mandiri, tetapi sejak 2010 ia tergabung ke dalam kemitraan dengan perusahaan peternakan. Dengan menjalin kemitraan, ia bisa membagi risiko ke pihak lain.

Anggota CUAL sejak 2011 ini sudah mendapatkan pinjaman dari CUAL 10 kali. Berkat CU pula, kini ia berhasil memiliki tabungan. CUAL memiliki kebijakan bahwa 25% dari pinjaman produktif harus masuk ke tabungan.

Berkat usaha ini, peternak yang sudah terbiasa melayani di gereja ini dapat membeli mobil yang digunakan untuk semakin menunjang operasional usahanya dan juga untuk mendukung pelayanannya di gereja. Lewat pengalaman nyata Kuat Raharjo ini terbukti bahwa CU benar-benar terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup anggota, baik dari segi ekonomi maupun kemasyarakatan.

Profil Komite Pemberdayaan
Hesti Respatiningsih (40 tahun). Dosen STIE Rajawali Purworejo ini menjadi anggota CU sejak 2014. Pengurus GKN (Gerakan Kewirausahaan nasional DPC Purworejo) ini menjadi Komite Pemberdayaan sejak 2016. Ia sudah terbiasa terlibat aktif dalam pemberdayaan UMKM, ia menjadi pendamping pemberdayaan kabupaten.

Komite Pemberdayaan sedang beraksi
Di komite pemberdayaan, tugasnya adalah membuat program kerja dan program pelatihan. Selain itu, konsultan Griya UMKM dan Bengkel Bisnis dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Perdagangan (sejak 2014) ini juga membantu memberikan kemudahan akses kepada anggota CUAL ke perizinan PIRT dan kepesertaan di dalam pameran-pameran yang diselenggarakan oleh dinas. Sudah beberapa kali anggota CUAL ikut dalam pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi.

Posisinya sebagai dosen juga memungkinkannya untuk membantu anggota CUAL memiliki akses kepada program dari Kemenristek Dikti (Iptek Bagi Masyarakat dan Program Belajar Bekerja Terpadu). Ia memenangkan dana hibah untuk penelitian dan meneliti pelaksanaan dual mission CU di CUAL. Dari 75 responden, diperoleh hasil yang signifikan dalam peningkatan kualitas hidup berkat ilmu-ilmu yang didapatkan dalam pelatihan CU. Mereka mengalami peningkatan aset dan peningkatan tanggung jawab sosial (kepercayaan diri untuk hidup di lingkungan masyarakat).

Anggota FEDEP (Forum Economic Development Employment and Promotion) Purworejo dari Bapeda (sejak 2017) yang memayungi dan memberikan rekomendasi RPJMD (Rancangan Program Jangka Menengah Daerah) di bidang pertanian, peternakan, pariwisata, industri ini pernah memenangkan lomba penelitian tingkat provinsi berkat kajiannya terhadap CU terkait dengan pinjaman menambah simpanan.

Hesti Respatiningsih mengaku bahwa awalnya ia tidak memahami apa itu CU. Ibunyalah yang terlebih dahulu masuk menjadi anggota CU. Agar dapat memahami, maka ia memutuskan untuk terlibat. Ia mengikuti pendidikan yang ada di CU dan sesudah mengikuti pendidikan Financial Literacy ia memutuskan untuk praktik menabung dengan setiap hari menyisihkan uang sebesar tanggal hari itu dan sesudah terkumpul disetorkannya ke CU setiap bulan. Ketika mulai memahami apa itu CU, ia tertarik untuk terlibat lebih dalam karena CU sangat relevan dengan bidang yang digelutinya selama ini, yakni pemberdayaan. Ia sangat tertarik dengan pendampingan anggota. Ia melihat bahwa prinsip responssible lending sangat mendukung pendampingan. Anggota yang pinjam ke CU tidak dilepas begitu saja tetapi diberikan pendampingan. Ia menyimpulkan bahwa koperasi yang sesungguhnya adalah CUAL, sedangkan yang lain sebenarnya bukan koperasi yang sesungguhnya.

Tidaklah elok untuk mendorong orang lain memberdayakan diri lewat wirausaha kalau ia sendiri tidak mempraktikkannya. Hesti Respatiningsih juga menggeluti usaha cake and bakery dengan nama merek Natnut yang menawarkan nilai plus dari sisi desain dan nilai seninya.

Sosok yang bercita-cita menjadi berkat bagi banyak orang ini mengaku mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin sebagai imbalan keterlibatannya di komite. Ia berharap CUAL jangan sampai keluar dari rohnya dan program pemberdayaan CUAL harus benar-benar bisa dirasakan oleh anggota lewat peningkatan pendapatan dan level kelas sosial. Program dari kita oleh kita untuk kesejahteraan bersama.

Angesti Anti Antara (46 tahun). Pemberdayaan tidak harus terjadi dalam bentuk peningkatan dalam hal fisik. Pemberdayaan yang lebih penting dan mendasar harus terjadi di pola pikir. Angesti Asti Antara adalah salah satu anggota CUAL yang terberdayakan dalam konsep berpikirnya. Keterlibatannya sebagai salah satu aktivis CU semakin mematangkan konsep bisnisnya terutama dalam hal berpikir strategis.

Berkat CU, suami dari Felisitas Laksita ini mampu menyisihkan 3 pelamar lainnya untuk menjadi direktur Graha Usaha Medika, Perusahaan Umum Daerah di bidang kesehatan. Para pesaingnya adalah orang-orang yang sudah lama bekerja di perusahaan daerah tersebut dan yang lain memang memiliki latar belakang karier di bidang kesehatan. Sedangkan Bapak dengan dua putra ini adalah satu-satunya pelamar “dari luar” yang akhirnya berhasil mengalahkan “orang lama” berkat kemampuannya berpikir sistematis dan strategis.

Kemampuan berpikir inovatif dan strategisnya tidak hanya sebatas pada tataran konsep tetapi benar-benar diterapkannya secara nyata dalam pekerjaannya. Beberapa terobosan sudah dilakukannya sehingga perusahaan daerah ini sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan hanya dalam kurun waktu belum sampai dua tahun.

Mantan anggota majelis pemberdayaan ekonomi jemaat ini menjadi komite pemberdayaan sejak 2017. Ia ingin terlibat aktif dalam pemberdayaan ekonomi anggota karena memang sudah lama terlibat dalam bidang ini. Sejak 2009 ia sudah terlibat di PNPM MD (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan) sebagai KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa. Sekarang ia juga terlibat dalam Kelas Inspirasi Purworejo (KIP), gerakan sosial murni yang bertujuan untuk membawa dampak perubahan pola pikir pada anak-anak.

Keteladanan Pengurus dalam Pemberdayaan
Salah satu unsur penting dalam pemberdayaan di CUAL adalah keteladanan pengurus. Semua pengurus di CUAL adalah orang-orang yang praktik memberdayakan diri sebelum mengajak dan mendorong anggota untuk berdaya. Berikut ini beberapa di antaranya.

Lukas Eko Sukoco (54 tahun), penggagas dan pendiri CUAL, adalah salah satu pengurus yang, berkat CU, telah terbukti di dalam memberdayakan diri. Di samping pekerjaan utamanya sebagai seorang pendeta, Wakil Ketua CUAL ini juga menjadi pemimpin radio mitra FM dan pengasuh padepokan mitra kinasih.

Bapak dari dua anak ini tahun 2011 memulai usaha tiketing shuttle bus. Usahanya ini awalnya sangat menguntungkan tetapi semenjak pergantian manajemen di perusahaan busnya omzetnya menurun. Bersama istrinya, ia juga membuka usaha jus. Pengalaman ini menjadi dasar bagi suami istri ini untuk membuka usaha kuliner secara lebih serius, Warung Mitra.

Meskipun pada awalnya tidak ada yang beli sampai berhari-hari, Warung Mitra yang sekarang memasuki tahun ketiga ini cukup laris. Kekuatannya adalah pada kekhasan menunya. Pada saat dibuka, warung ini menyajikan menu khas daerah Pati, nasi gandhul, nasi dengan kuah dan pilihan daging sapi, dan sop daging sapi. Setelah dipromosikan melalui media sosial, para pembeli mulai berdatangan. Setelah beberapa bulan ditambah menu baru, soto ayam kampung. Memasuki bulan ketiga, Warung Mitra sudah mempekerjakan 2 orang pegawai. Tahun kedua, ada menu baru lagi, yakni bakso Malang dengan mendatangkan bakso asli dari Malang sebagai nilai plusnya. Kebetulan, istrinya cukup kreatif untuk membuat warung ini semakin khas. Ia meramu menu minuman khas, yaitu teh sereh, minuman teh yang dicampur kayu kuning, cengkeh dan serai.

Surani (51 tahun), istrinya, mantan guru Agama Kristen yang rela meninggalkan profesinya untuk fokus mendukung pelayanan suaminya sebagai pendeta, adalah ketua Komunitas Basis Mitra Setia. Kombas yang beranggotakan 15 orang ini di tahun 2018 membuka warung sembako murah. Warung sembako ini, selain untuk melayani umum, juga mensuplai kebutuhan Warung Mitra dan Griya Limasan. Kalau Warung Mitra mengambil segmen pasar kelas menengah ke bawah, Griya Limasan melayani kebutuhan kuliner kelas menengah ke atas. Griya Limasan didirikan oleh Pak Eko berlima dengan anggota CUAL lainnya.

Selain itu, pemuka jemaat yang dikenal karena keberaniannya untuk berinovasi ini juga memanfaatkan pekarangan rumah dinasnya untuk semakin memberdayakan diri dengan memelihara mentok, memelihara ayam kampung, dan memuat hutan sengon. Ia juga sudah berinvestasi dalam bentuk sepetak hutan jati dan rumah.

Aktivis CU yang cukup aktif di media sosial ini bercita-cita agar CU bisa laboratorium hidup. Ia ingin agar CU dapat menciptakan pasar CU bagi para anggotanya supaya CU semakin berdampak nyata bagi anggota dan masyarakatnya.

Franciscus Xaverius Triyanto (41 tahun). Anggota Pengurus CUAL ini memiliki usaha di bidang bimbingan belajar, "Siqma Education" dan "Fun Math Education" di Purworejo dan di Magelang. Masuk menjadi anggota CU sejak 18 November 2011, suami dari Indah Wijayanti ini merasa sangat terinspirasi dengan perubahan pola pikir yang diajarkan oleh CUAL. Orang tua dari Vincetine Carolin Darma Djaja (14 tahun) dan Brilliant Phytagoras Frans Widjaja (7 tahun) merasa bahwa tidak gampang membuka usaha bimbingan belajar di Purworejo. Namun, konsep perubahan pola pikir telah membantunya dalam membimbing para siswanya yang sekarang berjumlah 537 orang ini. Pak Frans, demikian ia biasa disapa, juga memfasilitasi ketujuh tutornya untuk membangun dana hari tua di CUAL.

Anni Aryanti (42 tahun). Anggota CUAL sejak 3 Januari 2011 ini sekarang menduduki posisi sebagai Sekretaris Pengurus. Pekerjaan utama adalah marketing property frelance, bermitra dengan PT Limabab Jaya Lestari, PT Ardan Greenland, PT Nakula Sadewa. Juga menjadi Coach di Nutrition Herbalife. Sejak Juni 2018 mencoba membuka usaha kuliner yang dinamai Gerai Endesss. Menyajikan menu-menu dengan nama-nama unik (Selat Endesss, Garang Asem Telur Asin, Popcorn Endesss, Puding Vla, Cireng Endesss), usaha kuliner ini memiliki fokus pasar anak-anak selain juga melayani umum. Usaha yang baru saja dirintis ini sudah memiliki 10 pelanggan yang dijaringnya baik melalui teknik pemasaran online maupun offline. Anni Aryanti mengaku bahwa CU telah mendukungnya untuk berposes menjadi wirausaha mandiri. Setelah 15 tahun bekerja sebagai karyawan, CU telah memberinya bekal keberanian untuk beride dan berinovasi dan mengembangkan usaha sendiri. Ber-CU memberinya kesempatan untuk berjejaring dan berkolaborasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Credit Union Creates Values for People and Communities

Pelayanan anggota CU di TP Derri, Toraja Jumlah credit union di Indonesia pernah mencapai angka 1600-an. Tetapi sekarang ini tinggal 800-an. Dalam semester pertama tahun 2017 saja ada 28 credit union yang menghilang. Melihat kecenderungan ini, wajar kalau orang mulai ragu dan bertanya: apakah credit union akan bubar? Melihat fakta perkembangan CU di Indonesia, kita mau tidak mau dipaksa sadar bahwa CU tidak selamanya menjadi berkat dan pembawa kebaikan. Ada saatnya CU menjadi bencana dan menyebabkan bencana bagi masyarakatnya. Di lain pihak, di beberapa negara, sumbangan credit union telah sedemikian nyatanya. Salah satunya, kemajuan perekonomian di Korea Selatan tidak lepas dari sumbangsih credit union di sana. Tiga puluh persen penduduk Korea adalah anggota credit union. Selain itu, di Kanada, Amerika Utara, Australia, credit union telah berkembang dengan sedemikian baiknya. Penetrasi gerakan kooperatif ini secara global telah mencapai 8%. Dari sini kita yakin bahwa CU tidak a...

Messawa, KP dengan KL Nol

Zona Merah Kantor Pusat CU Mekar Kasih dan KP Makassar Daerah ini dulunya dikenal orang sebagai “zona merah”. Orang yang sudah mengenal daerah ini tidak akan sembarangan masuk ke dalamnya. Menurut cerita yang sekarang ini masih sempat terdengar, orang luar yang masuk ke daerah ini akan sangat beruntung kalau tidak mengalami apa-apa ketika pulang meninggalkan daerah ini. Pedagang sapi yang masuk daerah ini, misalnya, akan sangat beruntung jika setelah selesai transaksi bisa membawa pulang sapinya sampai ke rumah. Entah karena apa sapi itu akan berhenti di jalan, melepaskan diri, dan lari pulang ke penjualnya. Sang pedagang terpaksa pulang dengan tangan kosong, tentu dengan menderita kerugian. Suppiran, demikianlah daerah itu dikenal. Penduduknya suka berjudi. Bahkan ada semacam pepatah, bukan orang Suppiran kalau tidak berjudi. Kantor Pelayanan Messawa Seandainya saja orang-orang CU Mekar Kasih tahu, mereka tentu tidak akan membiarkan orang-orang dari daerah ini masuk menja...